Home  »  Opinion   »  
Opinion

Penelitian Menyebutkan Bahwa Gurun Sahara Dulunya Adalah Daerah Hamparan Hijau

[Foto: livescience.com]
Seperti kita ketahui, Gurun Sahara merupakan gurun terpanas di dunia. Gurun yang terletak di Afrika Utara ini identik dengan samudera pasir yang luas, tanah tandus, serta udara panas. Namun, siapa sangka Gurun Sahara dulunya merupakan hamparan hijau yang luas.

Peneliti dari University of Arizona menemukan bukti bahwa Gurun Sahara merupakan daerah subur dan hijau pada puluhan ribu tahun lalu. Gurun ini berada di Afrika Utara dan membentang dari Laut Merah sampai ke Samudera Atlantik. Wilayahnya mencapai 9,2 juta kilometer persegi. Bahkan, luas wilayahnya sebanding dengan daerah Amerika Serikat.

Studi yang diterbitkan di Journal Science Advances ini menuliskan jika Gurun Sahara pernah mengalami periode basah (rainfail) sekitar 6.000 tahun yang lalu. Hasil ini didapatkan dari melihat pola curah hujan selama 5.000 hingga 11.000 tahun yang lalu.

Pemimpin studi, Jessica Tierney mengatakan jika pola hujan di Gurun Sahara pada puluhan ribu tahun lalu mencapai 10 kali lipat dibandingkan sekarang. Menariknya, Gurun Sahara dulunya disebut sebagai hutan hijau yang lebat dan merupakan rumah bagi hewan dan tumbuhan liar.

Lantas, mengapa Gurun Sahara tiba-tiba mengering? Penyebabnya, menurut Tierney adalah sedimen laut di pantai lepas Afrika Barat. Ia mengungkapkan bahwa sedimen laut ada di empat lokasi yang berbeda.

Faktor selajutnya adalah curah hujan yang menurun drastis sampai hanya berkisar 4 inci (100 mm). Lalu, adanya perubahan iklim yang membuat cuaca tidak mendukung lagi. Perubahan iklim ini dikarenakan interaksi atmosfer yang memengaruhi iklim.


Dulunya, Sahara yang hijau berada di belahan Bumi Utara dan dekat dengan matahari sehingga terjadi musim panas. Musim panas diperkuat adanya lebih banyak hujan. Menjelang akhir Sahara yang hijau, terjadi pergerakan yang membuat belahan Bumi Utara jauh dari matahari dan membuat curah hujan di Afrika Barat melemah. Inilah yang menjadi awal periode kering Sahara terjadi sekitar 8.000 tahun dan makhluk hidup pun mulai meninggalkannya.

Gurun Sahara Dulunya Jadi Tempat Peternakan Sapi

Gurun Sahara mengalami fase yang disebut Holocene African Humid Period (periode lembap Holosen Afrika) sekitar 10.000 tahun yang lalu. Saat periode lembap tersebut, tumbuhan hijau tumbuh subur di Afrika. Sehingga hamparan hijau yang luas itu dijadikan tempat peternakan sapi dan memunculkan aktivitas pengolahan susu.

Fase tersebut ‘terlukiskan’ dari gambar yang terdapat pada tembikar dan batu-batu kuno. Dimana gambar-gambar tersebut menunjukkan bahwa di Gurun Sahara sekitar 7.000 tahun lalu terdapat sapi, domba, dan kambing. Dalam gambar itu, sesekali menunjukkan gambar pemerahan susu. Bahkan ada juga gambar pengembala yang sedang mengolah susu menjadi produk seperti yogurt, keju, dan mentega.

Kesimpulan ini berdasarkan hasil analisa pecahan tembikar kuno yang ditemukan di Libia. Mahasiswa doktor di University of Bristol yang juga seorang peneliti, Julie Dunne mengungkapkan, ternyata ditemukan lemak susu pada tembikar tersebut.

“Yang paling menarik adalah susu satu-satunya makanan yang mengandung karbohidrat, protein dan lemak dalam satu kesatuan. Jadi, susu merupakan bahan makanan yang sangat berguna bagi masyarakat zaman prasejarah,” kata Dunne, seperti dilansir dari Live Science.

Meski pemerahan susu sapi pada masyarakat zaman pra sejarah di Afrika belum ada buktinya, tetapi penelitian baru ini bisa membantu menjelaskan bagaimana manusia purba memiliki selera terhadap susu.

Selanjutnya, para peneliti sedang merencanakan untuk menganalisa sampel keramik dari beberapa tempat tinggal yang berlokasi di Afrika Utara. Menurut Dunne, penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran lebih baik tentang bagaimana susu dan sapi menyebar di kalangan masyarakat antar benua.