Home  »  News   »  
News

Pengguna Bulanan Weibo Kalahkan Jumlah Pengguna Twitter

[Foto: bbc.com]
Beberapa negara di dunia memiliki peraturan yang ketat terkait dengan produk teknologi. Salah satunya adalah negara Cina. Seperti diketahui, Negara Tirai Bambu itu sangat membatasi peredaran media sosial yang diciptakan oleh negara asing.

Oleh sebab itu, Cina menghadirkan solusi dengan menciptakan versinya sendiri dari sejumlah aplikasi media sosial, seperti Weibo. Aplikasi ini merupakan versi Tiongkok dari aplikasi jejaring sosial berlogo burung biru, yakni Twitter. Dan hingga saat ini, Weibo menjadi layanan micro-blogging di Cina yang paling populer.

Nah, seiring berjalannya peraturan tentang pembatasan peredaran media sosial dari luar Cina, juga mendorong pertumbuhan signifikan terhadap jumlah pengguna Weibo. Hingga akhir Maret tahun ini, jumlah pengguna bulanan Weibo dilaporkan mencapai 340 juta, naik 30 persen ketimbang tahun lalu. Jumlah tersebut mengalahkan jumlah pengguna Twitter sebanyak 12 juta.

“Fokus tanpa henti kami untuk membangun pengalaman media sosial terbaik di Cina tercermin dalam kinerja Weibo yang kuat,” ujar Gaofei Wang, CEO Sina Weibo.

Sejumlah pihak menilai, perbedaan signifikan terkait jumlah pengguna kedua media sosial tersebut adalah hal yang menarik. Mengingat Twitter diluncurkan tiga tahun lebih dulu, yaitu pada bulan Juni 2006, jika dibandingkan dengan Weibo. Selain itu, 47 persen populasi Cina juga belum terhubung dengan internet.

Berdasarkan laporan media Cina, Weibo mengalami peningkatan pendapatan tahunan yang sehat pada kuartal pertama tahun 2017, yakni sebesar 199,2 juta USD (Rp2,6 triliun). Sementara pada periode yang sama tahun 2016 lalu, Weibo memperoleh pendapatan sebesar 119,3 juta USD (Rp1,5 triliun).


Meski unggul dalam jumlah pengguna, Weibo belum mampu menyaingi Twitter dalam hal pendapatan. Walau pendapatan Twitter mengalami penurunan pada kuartal pertama tahun in,i jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu.

Twitter dilaporkan memperoleh pendapatan sebesar 548 juta USD (Rp7,3 triliun)pada kuartal pertama 2017 yang berakhir pada bulan Maret. Pendapatan tersebut menurun dari pendapatan di periode yang sama tahun 2016, yaitu sebesar 600 juta USD (Rp8 triliun).

Belum tertarik membuka kantor di Indonesia

Kendati sukses menggaet banyak pengguna, namun Weibo menyatakan belum tertarik untuk membuka kantor representatif atau menyediakan layanan dalam bahasa Indonesia. Mereka mengakui Indonesia sebagai pasar penting, tetapi masih melihat permintaan pasar di Indonesia untuk saat ini.

“Kami belum punya rencana karena masih melihat permintaan di Indonesia,” kata Gaofei, sebagaimana dilansir dari CNN. Meski begitu, Gaofei membuka lebar pintu kesempatan bagi perusahaan Indonesia yang ingin bekerja sama dengan Weibo untuk menjangkau pasar daratan Cina.

Gaofei mengatakan bahwa Weibo kerap digunakan para eksekutif atau perusahaan yang fokus memperluas bisnisnya di Cina.

Hingga tahun 2017, sudah ada 154 juta orang yang menggunakan situs micro-blogging tersebut dalam sehari, di mana 91 persennya mengakses via mobile. Weibo merupakan platform yang paling disukai untuk sebagian besar koran dan stasiun TV Cina.

Menurut Gaofei, ke depan, pihaknya akan terus melihat momentum yang kuat. Karena mereka mengoptimalkan Weibo untuk berbagi, menemukan dan mengonsumsi informasi. “Terutama untuk mobile, sosial dan lingkungan video,” tambahnya.

Menurut Cina Internet Network Information Centre, Cina memiliki estimasi 731 juta pengguna web, lebih dari 90 persen mengakses internet via smartphone.

Lantas, akankah Weibo melakukan ekspansi ke negara lain? Mengingat, perusahaan rintisan bidang teknologi asal Cina sudah banyak yang memperluas sayap bisnis di Indonesia. Sejauh ini, yang terlihat agresif antara lain Baidu, Cheetah Mobile, UC Browser, dan Xiaomi.