Home  »  Tips & Guide   »  
Tips & Guide

Penyakit Gastronis Kronis

Perkenalkan, saya Dharma (30), tinggal di Banjarmasin. Saya ingin bertanya tentang kondisi tubuh saya. Awalnya pada sekitar akhir tahun lalu saya terkena sakit yang menurut diagnosa dokter itu adalah ‘gastritis Kronis’. Saya lalu berobat ke dokter spesialis penyakit dalam dan juga dokter spesialis bedah perut. Tapi sampai awal tahun ini, sakit tersebut hanya sedikit saja mengalami perubahan.

Setelah tidak mengalami perubahan berarti, saya mencoba mencari pengobatan alternatif. Saat itu, saya mulai merasakan badan yang lumayan sehat. Tapi hal tersebut tidak bertahan lama. Beberapa bulan kemudian, tiba-tiba kepala saya terasa berputar-putar. Selain itu mata saya terasa berpendar terutama bila melihat cahaya. Menurut dokter, katanya ini adalah penyakit vertigo. Tetapi sampai dengan obat yang diberikan habis saya minum rasa berputar di kepala saya ini masih tetap ada sampai sekarang. Saya juga sudah ke dokter mata sampai obat dan vitamin yang diberikan habis, kepala saya masih tetap berputar dan mata berpendar. Ditambah lagi, wajah saya kadang terasa kering dan kaku/kebas pada bagian kelopak mata sampai bagian tulang pipi.

Apakah ini bisa mempengaruhi mental saya? Karena akhir-akhir ini saya juga sering merasa cemas dan ketakutan yang terkadang sampai badan lemas dan bergetar. Saya perhatikan berat badan saya pun mengalami penurunan walau pun pola makan saya tetap normal. Perlu diketahui juga bahwa saya termasuk orang yang susah makan sayur dan buah, apa itu bisa berpengaruh? Apa itu Gastronis Kronis dan apakah ada komplikasinya?

Terima kasih atas jawabannya,

Dharma

 

Dear Bapak Dharma,

Kami mengerti kekhawatiran yang Anda rasakan. Keluhan Anda adalah kepala terasa berputar-putar, wajah kering, kaku dan kebas pada bagian kelopak mata sampai bagian tulang pipi, serta berat badan menurun dengan pola makan yang normal. Kami akan coba menjelaskan kemungkinan jenis-jenis penyakit dari keluhan Anda satu per satu.

Kepala terasa berputar memang mengarah kepada penyakit vertigo. Vertigo didefinisikan sebagai rasa pusing berputar. Gejala yang dirasakan oleh penderita adalah:

  • Merasa dirinya bergerak atau berputar, atau penderita merasakan seolah-olah benda di sekitarnya bergerak atau berputar.
  • Merasa mual.
  • Gerakan mata yang menyentak atau abnormal (nystagmus).
  • Sakit kepala.
  • Berkeringat.
  • Denging pada telinga atau gangguan pendengaran.

Jenis-jenis penyakit vertigo dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Vertigo sentral (gangguan pada saraf otak)

Gangguan bisa terdapat di dalam batang otak atau otak kecil (serebelum). Pada vertigo sentral, kita bisa mengetahui dari gejala yang biasanya berhubungan dengan gangguan di batang otak, seperti gangguan kesemutan, gangguan diplopia (penglihatan ganda), atau terdapat gangguan koordinasi dan keseimbangan jika terdapat gangguan pada otak kecil.

2. Vertigo perifer (gangguan pada telinga)

  • BPPV (benign paroxysmal positional vertigo). BPPV terjadi karena terdapat kelainan pada telinga bagian dalam, yaitu pada sistem vestibularis (sistem dalam tubuh yang bertanggung jawab untuk menjaga keseimbangan, postur, dan orientasi tubuh dalam ruangan). Gejala yang dikeluhkan adalah vertigo yang datang tiba-tiba pada perubahan posisi kepala.
  • Penyakit Meniere. Penyakit pada telinga bagian dalam yang diduga disebabkan oleh penumpukan cairan dan perubahan tekanan di telinga, sehingga menyebabkan gangguan vertigo, pendengaran terganggu, bunyi dengung di telinga, dan rasa penuh di telinga.
  • Labirinitis. Penyakit pada telinga bagian dalam yang disebabkan oleh virus yang menyebabkan telinga bagian dalam mengalami peradangan sekitar saraf vestibulokoklearis (saraf pada otak cabang ke-8) yang membantu menjaga keseimbangan tubuh.

Kami sarankan Anda melakukan pemeriksaan langsung dengan dokter THT agar dapat dilakukan pemeriksaan telinga secara langsung. Dokter akan melakukan pemeriksaan pada bagian dalam telinga dan pemeriksaan mata untuk mengecek ada atau tidaknya gerakan bola mata yang tidak terkendali (nistagmus). Nistagmus dapat mengindikasikan adanya masalah pada organ-organ yang mengendalikan keseimbangan tubuh. Dokter juga akan melakukan pemeriksaan penunjang seperti:

  • CT Scan. Computerized Tomography Scanner (CT Scan) adalah mesin sinar-X khusus yang mengirimkan berbagai berkas pencitraan secara bersamaan dari sudut yang berbeda.
  • MRI. Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah metode diagnostik dengan pemindaian yang menggunakan pemaparan medan magnet dan frekuensi radio gelombang elektromagnetik di dalam tubuh.

Pada beberapa kasus, vertigo dapat sembuh dengan sendirinya. Namun ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani vertigo, seperti:

  1. Terapi yang biasa disebut latihan rehabilitasi Vestibular Rehabilitation Training atau VRT ini meliputi latihan khusus untuk mendorong agar otak beradaptasi terhadap sinyal pemicu dari telinga. Otak dirangsang untuk mengandalkan sinyal-sinyal dari bagian lain tubuh, misalnya mata dan kaki, daripada telinga bagian dalam. Jika sudah terbiasa, otak akan meminimalkan gejala vertigo dan ikut mempertahankan keseimbangan tubuh secara otomatis. Terapi ini dilakukan dengan bimbingan ahli fisioterapis, yaitu seseorang yang dapat membantu pasien yang mengalami gangguan fungsi tubuh untuk kembali kepada keadaan normal.
  2. Obat:        
  • Prochlorperazine, obat ini akan memblokir pengaruh senyawa kimia otak yang disebut dopamine sehingga membantu meredakan mual dan muntah yang parah akibat vertigo.
  • Antihistamin, obat ini dapat digunakan untuk meredakan mual, muntah, serta gejala vertigo yang lebih ringan.
  • Betahystine, obat ini dapat mengurangi gejala pusing berputar.

Sedangkan mengenai keluhan kebas pada bagian kelopak mata sampai bagian tulang pipi, kemungkinan bisa mengarah kepada penyakit Bell’s palsy. Bell’s palsy adalah penyakit saraf yang mengenai saraf fasialis yang terletak pada wajah.

Bell’s palsy dapat mengakibatkan berbagai macam gangguan, seperti:

  • Kelumpuhan otot-otot pada salah satu sisi wajah (paralisis), sehingga salah satu sisi wajah tampak melorot atau mencong, serta sulit untuk menutup salah satu mata pada sisi wajah yang mengalami kelumpuhan.
  • Rasa kebas pada wajah.
  • Kehilangan kepekaan dalam merasa makanan (fungsi mengecap).
  • Air liur mudah menetes.
  • Nyeri di belakang telinga pada salah satu sisi wajah yang terpengaruh.
  • Sensitivitas terhadap suara akan meningkat pada sisi wajah yang terpengaruh.
  • Sulit untuk tersenyum.
  • Sulit menutup mata dan mengedip sehingga menyebabkan kekeringan mata.
  • Sulit menaikkan alis.

Kami sarankan Anda untuk melakukan konsultasi lebih lanjut dengan dokter spesialis saraf untuk menilik keluhan Anda, apakah benar terdapat gangguan Bell’s palsy atau memang terdapat kemungkinan penyakit lain.


Diagnosis Bell’s palsy ditegakkan dengan dilakukan beberapa pemeriksaan sebagai berikut:

1. Wawancara medis dan pemeriksaan fisik otot-otot wajah yang mengalami kelumpuhan untuk menyingkirkan diagnosa lain yang juga memiliki gejala kelumpuhan otot wajah seperti pada gangguan stroke, tumor , dan penyakit lyme (akibat gigitan kutu rusa).

Berikut perbedaan Bell’s palsy dengan gangguan jenis-jenis penyakit yang lain:

  • Stroke: Gejala tidak hanya menyerang saraf pada wajah, namun dapat menyerang saraf-saraf lain pada tubuh, seperti kelumpuhan anggota gerak.
  • Tumor: Kelumpuhan yang dialami berjalan secara lambat (dalam hitungan minggu atau bulan), berbeda dengan penyakit Bell’s palsy yang terjadi secara tiba-tiba, cepat dan sembuh dengan sendiri.
  • Penyak
    it lyme: Penyakit ini selain menyebabkan kelumpuhan otot wajah, juga disertai gejala ruam merah, demam, dan nyeri sendi.

2. Pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan Electromyography (EMG) akan dilakukan untuk mengetahui kerusakan saraf dan derajat keparahan dari saraf yang mengalami kerusakan tersebut. 

3. Pemeriksaan darah seperti pemeriksaan gula darah dan darah lengkap. Hal ini dilakukan jika terdapat riwayat diabetes pada penderita, atau dan diduga terdapat infeksi virus.

4. Pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau Computed Tomography (CT) scan juga dilakukan untuk melihat kerusakan dari struktur saraf.

Mengenai keluhan Anda yang terakhir – berat badan menurun dengan pola makan yang normal – perlu diketahui faktor yang mendasarinya. Berikut beberapa faktor penyebab berat badan tidak dapat bertambah:

•  Kurang seimbang asupan makanan dan konsumsi energi harian

Berat badan tidak bertambah apabila konsumsi energi harian Anda lebih rendah dari kebutuhan. Apabila hal ini terjadi, maka sebagian cadangan energi tubuh yang berbentuk lemak akan digunakan.

• Kondisi metabolisme tubuh

Jika Anda memiliki kondisi metabolisme (proses mengubah makanan menjadi energi) tubuh yang terlalu cepat, maka energi yang Anda hasilkan menjadi lebih cepat habis. Karena terlalu cepat habis, asupan makan dan minum yang biasanya Anda konsumsi kurang dapat menyeimbangkan kecepatan metabolisme Anda. Hal ini biasanya disebabkan oleh faktor keturunan.

• Terdapat penyakit kronik

Terdapat beberapa penyakit kronik yang menyebabkan Anda sulit gemuk, di antaranya penyakit hipertiroid (peningkatan hormon tiroid yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid di dalam leher berfungsi untuk merangsang metabolisme tubuh), penyakit tuberkulosis (penyakit infeksi pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis), kondisi diabetes mellitus (suatu penyakit yang membuat tubuh tidak dapat menghasilkan insulin (hormon pengatur gula darah) atau insulin yang dihasilkan tidak mencukupi atau insulin tidak bekerja dengan baik. Oleh karena itu, akan menyebabkan gula darah meningkat saat diperiksa), hingga penyakit kanker.

Untuk mengetahui apakah terdapat penyakit dasar yang menyebabkan berat badan Anda tidak bisa bertambah, diperlukan proses pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh oleh dokter dengan melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, seperti tes darah lengkap dan pemeriksaan sinar-X pada paru.

Perlu Anda ketahui bahwa tidak ada penyakit gastronis kronis. Yang ada adalah gastritis kronis.

Dalam dunia medis, penyakit lambung yang mengakibatkan peningkatan asam lambung disebut dengan gastritis, yaitu peradangan yang terjadi pada lapisan luar lambung.

Berikut adalah gejala penyakit lambung gastritis:

  • Nyeri ulu hati.
  • Nyeri perut kiri atas
  • Mual.
  • Kembung.
  • Muntah.

Jika sudah terjadi erosi atau pengikisan pada dinding lambung, maka akan terdapat gejala perdarahan pada lambung seperti:

  • Muntah darah.
  • BAB berdarah.
  • BAB berwarna hitam.

Berikut ini adalah beberapa penyebab terjadinya gastritis:

  • Asupan alkohol yang berlebihan.
  • Muntah yang terjadi secara berulang-ulang.
  • Kondisi psikis.
  • Konsumsi obat-obatan seperti obat anti peradangan seperti aspirin dan ibuprofen.
  • Bakteri Helicobacter pylori.
  • Usia. Semakin bertambah usia risiko terkena gastritis akan meningkat karena lapisan luar pelapis lambung akan semakin menipis.

Cara-cara untuk menangani penyakit gastritis adalah:

1. Mengkonsumsi obat seperti:

  • Obat golongan antasida untuk menetralkan asam lambung. Contohnya adalah Aluminium Hidroksida dan Magnesium Hidroksida.
  • Obat dari golongan proton pump inhibitor yang berfungsi untuk mengurangi jumlah asam yang dihasilkan oleh dinding lambung. Contohnya adalah Omeprazole dan Lansoprazole
  • Obat golongan H-2 blocker untuk mengurangi kadar asam lambung. Contohnya adalah Ranitidin dan Simetidin.

2. Menghindari makanan pedas.

3. Untuk gastritis yang disebabkan oleh H. pylori diperlukan terapi antibiotik.

4. Hindari makanan yang bisa membuat lambung iritasi, misalnya makanan yang mengandung laktosa (terbuat dari olahan susu).

Selain melakukan pemeriksaan fisik secara langsung dengan dokter dan melakukan wawancara medis secara lengkap, cara mengetahui apakah Anda memiliki penyakit gastritis adalah dengan melakukan pemeriksaan penunjang seperti:

  • Endoskopi. Suatu alat yang memiliki kamera yang dimasukkan melalui mulut untuk mencapai lambung untuk melihat kondisi dari pelapis lambung.
  • Sinar-X. Dokter akan menyuruh Anda untuk meminum cairan yang dinamakan barium, suatu cairan berwarna yang membuat saluran pencernaan terlihat saat dilakukan sinar-X.
  • Pemeriksaan darah. Hal ini untuk mengetahui apakah terdapat anemia.
  • Pemeriksaan H. Pylori

           –  Tes Napas Urea (Urea Breath Test) untuk mengukur enzim urease yang ada dalam lambung yang diproduksi oleh kuman H. pylori.

           –  Tes Immunoserologic untuk mendeteksi antibodi terhadap kuman H. pylori dalam darah penderita.

           –  Deteksi antigen fekal untuk mendeteksi kuman H. pylori yang didapatkan dalam feses.

Jika keluhan semakin berlanjut kami sarankan Anda untuk melakukan konsultasi secara langsung dengan dokter spesialis penyakit dalam, agar dapat dilakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh.

Demikian informasi yang dapat kami sampaikan. Semoga bermanfaat.

Salam sehat,

dr. Dyah Novita Anggraini