Home  »  News   »  
News

Perancis Targetkan Jadi Negara Bebas Emisi Karbon pada 2050

[Foto: motherboard.vice.com]
Pada 6 Juli 2017, Menteri Lingkungan Perancis, Nicolas Hulot, menyampaikan komitmen bahwa Perancis ingin menjadi negara bebas karbon tahun 2050. Untuk mewujudkan rencana tersebut, pemerintah Perancis akan mengurangi penjualan dan periklanan kendaraan bensin dan diesel mulai saat ini hingga 2040.

Hal ini merupakan arahan lingkungan radikal sebagai bagian dari agenda Presiden Perancis Emmanuel Macron untuk menaati Perjanjian Iklim Paris.

“Satu dari langkah rencana itu adalah Perancis, yang sebelumnya sudah berjanji untuk mengurangi gas rumah kaca menjadi empat pada 2050, memutuskan bebas karbon pada 2050, mengikuti keputusan Amerika Serikat. Target bebas karbon ini akan memaksa kami untuk melakukan investasi penting,” kata Hulot, seperti dikutip dari laman Reuters.

Untuk merealisasikannya, mereka berusaha menerapkan larangan pada mesin diesel dan kendaraan yang bergantung pada bensin dalam kurun waktu 22 tahun.

“Ancaman terhadap warga sudah menyebar, tidak bisa diprediksi, dan garis waktu yang tepat tidak bisa ditentukan secara ilmiah. Tanggung jawab kami adalah menjadikan isu ini lebih dominan daripada yang lainnya,” kata Hulot, sebagaimana dilansir dari laman Motherboard.

Perancis bukanlah negara satu-satunya yang bakal mewujudkan misi ini. Sebab, Jerman, India, Belanda dan Norwegia juga dalam usaha melarang kendaraan yang mengandalkan pembakaran diesel dan bensin.


Hulot mengatakan, untuk memulai revolusi tersebut, pemilik kendaraan berpolutan tinggi akan menerima insentif pemerintah, dimana mana mereka berhak menukarkan apa yang mereka miliki untuk mendapatkan mobil ramah lingkungan.

“Berkat rencana investasi, pemerintah akan mengusulkan bonus transisi untuk mengganti mobil diesel pra-1997 atau mobil diesel bensin pra-2001 dengan kendaraan ramah lingkungan atau baru,” ucapnya.

Selain itu, Hulot juga mengumumkan inisiatif lain, yaitu mengurangi penggunaan energi nuklir. Pada 2050, energi nuklir akan dikurangi penggunaannya menjadi hanya 50 persen dari keseluruhan campuran energi tersebut. Langkah ini akan menutup reaktor nuklir berlebih untuk sementara waktu.

Hulot juga mengumumkan, Perancis akan mengakhiri semua produksi energi batu bara pada 2022, dengan harapan bisa mencapai netralitas karbon yang sempurna pada 2050.

Pengumuman Hulot ini muncul ketika para aktivis Greenpeace memproyeksikan “No Trump, Yes Paris” ke sebuah bangunan di Warsawa, Polandia, pada Kamis lalu. Mereka memprotes kunjungan kenegaraan Presiden Amerika Serikat Donald Trump ke Polandia, lantaran AS menarik keluar dari Perjanjian Paris pada Juni 2017.

Pabrikan mobil global sudah mengarah ke mobil listrik

Saat ini, mobil berbahan bakar fosil, baik bensin maupun diesel, masih mendominasi penjualan di Perancis. Selama paruh pertama 2017, sebanyak 95,2 persen mobil yang terjual bermesin konvensional. Sisanya, 1,2 persen bertenaga listrik murni dan 3,5 persen merupakan mesin hybrid (kombinasi mesin konvensional dan motor listrik).

Hulot yakin bahwa target itu akan tercapai. Pasalnya, mulai saat ini, pabrikan mobil global sudah mengarahkan produknya pada penggunaan motor listrik. Penggunaan mobil listrik akan lebih massif lagi pada 2020.

Disebutkan, Volvo menargetkan seluruh model kendaraan terbarunya sudah menggunakan tenaga listrik yang dijual mulai 2019. Selain itu, India juga menargetkan mobil yang dijual menggunakan tenaga listrik mulai 2030.

Aktivis lingkungan Greenpeace, Cyrille Cormier, mengapresiasi rencana ini. Meski demikian, ia masih mempertanyakan langkah apa saja yang akan diambil pemerintah untuk mewujudkan target tersebut. Bukanlah perkara mudah menghentikan penjualan mobil bermesin konvensional.

“Target mengakhiri penjualan kendaraan bermesin bensin dan diesel pada 2040 memberikan sinyal kuat. Namun, kami ingin tahu apa langkah pertama yang akan diambil serta bagaimana untuk menjadikan ambisi ini sesuatu yang pada akhirnya tidak menghasilkan kekecewaan,” kata Cormier.