Home  »  News   »  
News

Perang dengan Memanfaatkan Drone Mulai Populer

[Foto: gbtimes.com]
Penggunaan drone dalam peperangan memang sudah tidak asing lagi. Bahkan, menurut laporan Time, ISIS juga diperkirakan telah memanfaatkan drone komersil yang telah dipasangi bom untuk menyerang tentara musuh. Kasus ini terjadi setelah angkatan bersenjata Kurdi menembak jatuh sebuah drone kecil sebesar model pesawat terbang di daerah utara Irak. Ketika mereka tengah menyelidiki drone tersebut di markas, drone itupun langsung meledak. Sebagai akibatnya, dua orang tentara Kurdi terbunuh sementara itu dua orang tentara Perancis mengalami luka-luka. Masih belum ada informasi apakah bom tersebut dikontrol oleh remote control atau oleh timer. Menurut keterangan, penyerangan itu terjadi pada tanggal 2 Oktober lalu.


“Bahan peledak yang ada di dalam tersebut disamarkan menjadi sebuah baterai—bahan peledak yang ada di dalamnya sebenarnya tidak begitu banyak, tapi itu cukup untuk meledak dan membunuh mereka,” ujar seorang pejabat senior Amerika yang telah diberikan rincian dari kejadian tersebut.

Beberapa bulan terakhir ini, ISIS memang sudah beberapa kali mencoba melakukan penyerangan dengan menggunakan drone kecil. Namun, baru kali ini serangan drone tersebut berhasil melukai dan bahkan membunuh tentara. Sebelumnya, komandan pasukan tentara Amerika Serikat di Irak juga telah mengeluarkan sebuah peringatan pada pihak yang memerangi kelompok radikal tersebut untuk tetap waspada dan berhati-hati ketika menangani pesawat terbang kecil yang berpotensi meledak. Pernyataan ini dikeluarkan setelah ISIS terpantau semakin sering menggunakan drone dalam operasinya. “Kita harusnya sudah siap mengantisipasi [serangan seperti] ini, namun [pada kenyataannya] kita belum siap,” ujar P.W. Singer, seorang spesialis persenjataan robotika di Washington pada The New York Times.

Untuk saat ini, drone kecil memang masih belum bisa mengangkut beban yang terlalu berat. Selain itu, kemampuannya pun relatif masih terbatas. Namun, seiring dengan perkembangan teknologi—khususnya drone—ditakutkan kelompok radikal tersebut akan menggunakan teknologi baru yang lebih canggih dan memberi ancaman yang lebih besar.