Home  »  Opinion   »  
Opinion

Perempuan Indonesia dalam Industri Teknologi Informasi

[Foto: Alamanda Shantika | marketeers.com]
[Foto: Alamanda Shantika | marketeers.com]
Saat ini industri teknologi informasi di Indonesia entah kenapa masih didominasi oleh para pria. Jangankan di Indonesia, di seluruh dunia yang memiliki karakter budaya beragam pun, kebanyakan pelaku dunia industri teknologi informasi masih ditempati oleh para pria. Beberapa hal mungkin menjadi penyebab mengapa untuk beberapa jenis pekerjaan tertentu hanya didominasi satu jenis kelamin. Entah pekerjaan itu kebanyakan digeluti oleh pria, atau oleh perempuan saja.

Khusus di Indonesia sendiri barangkali salah satu penyebabnya adalah tingginya stereotype untuk berbagai jenis pekerjaan yang sebenarnya tidak memiliki jenis kelamin. Misalnya saja, di Indonesia pekerjaan engineering identik untuk laki-laki. Sementara, perawat atau psikolog identik dengan perempuan.

Jika kita mengamati, sebenarnya tidak ada yang salah dengan hal ini. Apapun jenis pekerjaannya, selama itu sesuai dan membuat si pekerja bahagia, rasanya sah-sah saja. Yang salah adalah apabila kemudian ada diskriminasi tertentu untuk satu jenis pekerjaan. Misalnya pekerjaan A melarang perempuan atau laki-laki terlibat di dalamnya.

Perempuan dan industri teknologi informasi

Dalam dunia industri teknologi informasi, sebenarnya sama sekali tidak ada diskriminasi. Dalam artian, sebenarnya baik laki-laki maupun perempuan sama-sama bebas untuk menggeluti dunia ini. Namun, entah karena pengaruh stereotype yang terlalu kuat tadi atau memang dari kultur kita yang susah untuk berubah, kenyataannya sampai sekarang laki-laki masih mendominasi bidang pekerjaan ini.


Sekarang ini jika kita lihat di Indonesia, berbagai program banyak digencarkan untuk menarik lebih banyak perempuan untuk berkarya di bidang teknologi. Tujuannya adalah agar perempuan di Indonesia juga melek terhadap teknologi. Google, misalnya, mereka memiliki program Woman Techmaker yang bertujuan untuk menarik lebih banyak perempuan untuk terjun di bidang industri teknologi. Hal yang sama juga dilakukan Microsoft melalui program TechFemme. Tujuannya adalah untuk mengenalkan lebih jauh industri teknologi melalui berbagai acara kepada perempuan-perempuan muda di Indonesia yang bersiap meniti karir. Dari Indonesia sendiri, ada program FemaleDev yang diinisiasi oleh Kibar untuk menarik lebih banyak perempuan Indonesia menjadi pemimpin di bidang teknologi.

Sebagai pengguna internet, kita tentu tidak asing dengan nama-nama seperti Alamanda Shantika, Farina Situmorang, atau bahkan Catherine Hindra Sutjahyo. Ketiga nama tersebut bisa dikatakan sebagai sosok-sosok perempuan Indonesia yang membuktikan dirinya mampu memiliki power untuk berkiprah di dunia teknologi.

Alamanda merupakan sosok perempuan di balik startup unicorn buatan Indonesia (dan Bangalore?), Go-Jek. Bersama dengan Nadiem, Alamanda merupakan “arsitek” dari aplikasi yang fenomenal tersebut. Lain halnya dengan Alamanda, Farina Situmorang merupakan perempuan yang kiprahnya bahkan sudah mendunia. Berbagai industri bidang teknologi informasi telah ia tekuni. Dari perusahaan besar di Amerika hingga startup di Silicon Valley. Kini, setelah pulang pun Farina mendirikan startup marketing consultant yang berbasis di Jakarta. Sementara, Catherine terkenal di balik suksesnya Zalora Indonesia dan kini menjadi CEO dari Alfacart yang merupakan transformasi dari Alfa Online.

Mitos-mitos dan wajah perempuan Indonesia kini

Indonesia sebagai negara yang terkenal dengan budayanya yang sangat tinggi barangkali memang masih menyimpan berbagai “mitos” mengenai perempuan dan karir. Terlebih karir di bidang industri teknologi di mana rasanya masih sangat asing dengan orang Indonesia.

Namun, di era digital di mana semua hal menjadi mungkin, kini sudah saatnya kita mulai bangkit untuk mengeksplorasi berbagai kemampuan yang kita miliki. Sudah bukan saatnya kita minder untuk memulai, bergerak, atau bahkan menggebrak dengan ide-ide baru hanya karena kita perempuan. Sebab pada dasarnya setiap orang memiliki kemampuan yang sama. Pun dengan perempuan-perempuan Indonesia. Oleh karena itu, banyaknya program yang tersedia harus kita manfaatkan sebaik-baiknya. Fokus untuk mengembangkan diri adalah satu hal mutlak yang harus dilakukan, tak terkecuali jika memang kita memiliki passion di bidang teknologi.