Masalah paling umum yang kerap dihadapi oleh semua jenis startup yang akhirnya sudah berdiri adalah mereka biasanya tidak memiliki semacam purpose-driven story yang mengarah pada kebutuhan customer. Sehingga pada proses marketing, kendalanya adalah bagaimana agar produk tersebut benar-benar diterima oleh pasar. Hal ini belum lagi soal berbagai tren yang mudah sekali berubah disusul dengan kebutuhan customer yang juga ikut berubah. Hal tersebut berlangsung terus-menerus membuat tim marketing dituntut untuk selalu melakukan improvisasi jika tidak ingin ketinggalan pasar.
Dalam hal branding, kendala yang paling jamak dihadapi lagi-lagi adalah selera customer yang berubah dengan cepat. Hal ini membuat sebuah brand terkadang sulit mendifisikan posisi mereka sendiri di tengah permintaan pasar. Sementara dari sisi customer, mereka juga akhirnya tidak memiliki engagement yang kuat terhadap sebuah produk karena umumnya mereka memilih produk tidak berdasarkan merek tertentu dan hanya mengutamakan kepentingan fungsi serta kemudahan maupun fleksibilitas yang ditawarkan oleh sebuah produk.
Tantangan mendasar bagi startup
Mengenai selera customer ini sebenarnya sudah menjadi hal yang perlu dipikirkan setiap founder yang ingin menciptakan sebuah produk. Inilah awal mula mengapa membuat startup itu idealnya berawal dari problem dan bukan hanya pada apa yang sekarang sedang menjadi tren. Jika membuat sebuah produk mengutamakan tren, yang terjadi adalah ketika tren tersebut bergeser, maka customer akan hilang. Berbeda ceritanya jika produk yang diciptakan oleh startup didasari dari problem yang real. Maka, proses marketing selanjutnya hanya memerlukan polesan dan pengemasan yang ciamik karena dasarnya produk tersebut adalah problem solver yang memang dibutuhkan oleh customer.
Ada banyak sekali alasan mengapa umunya para founder dari startup ini melewatkan tahapan krusial dalam pembuatan sebuah produk. Bisa jadi mereka melihat sebuah demand besar sebagai sebuah opportunity namun kalah cepat menangkap momentum. Yang kedua barangkali memang mereka tidak benar-benar memiliki tujuan yang kuat untuk memulai sebuah bisnis sehingga produk yang diciptakan pun mengalir sesuai kemauan pasar.
Proses marketing yang efektif
Jika hal-hal mendasar mengenai penciptaan sebuah produk sudah terlewat. Katakanlah sebuah startup memang telah menciptakan satu buah produk dan sudah mendapatkan investment untuk operasional selanjutnya. Sementara produk tersebut sebenarnya tidak terlalu diminati oleh pasar. Maka, yang bisa membantu dalam hal ini adalah proses marketing.
Pada dasarnya marketing adalah proses mengomunikasikan kepada audiens yang ditarget mengapa produk atau jasa yang ditawarkan merupakan sebuah solusi dari apa yang mereka butuhkan, kemudian mengarahkan mereka untuk melakukan suatu tindakan tertentu. Proses marketing sejatinya mampu mengubah persepsi masyarakat. Marketing merupakan sebuah seni dalam berkomunikasi yang mampu meyakinkan calon customer bahwa produk yang ditawarkan adalah suatu kebutuhan. Entah dalam pendekatannya mereka menggunakan teknik psikologis atau yang terbaru ini menggunakan teknik digital, intinya proses marketing adalah mengenai arahan kepada orang lain untuk melakukan suatu tindakan tertentu.
Proses tersebut yang semestinya sudah secara khatam dipelajari oleh startup ataupun bisnis kecil yang masih dirintis secara umum. Sebab lagi-lagi yang paling menjadi hambatan untuk melakukan proses marketing demi keberlanjutan sebuah bisnis kecil adalah adanya desakan berbagai faktor, mulai dari sumber daya manusia hingga masalah finansial. Kuncinya adalah cermat menangkap peluang dan pintar mengolah teknik penyampaian sehingga apa yang diinginkan oleh bisnis bisa diterima oleh masyarakat secara luas.