Home  »  News   »  
News

PM Inggris Theresa May Desak Raksasa Medsos Hapus Konten Terorisme

Perdana Menteri Inggris Theresa May
Perdana Menteri Inggris Theresa May. [Foto: Getty Images]
Para raksasa media social dan web diberikan waktu dua jam untuk menghapus konten teroris terhitung dari pertama di posting secara online atau mereka harus membayar denda besar, seperti yang diinformasikan oleh Perdana Menteri Inggris Theresa May.

Facebook, Twitter, Microsoft, Google dan YouTube diminta untuk “bertindak lebih jauh dan lebih cepat” dalam menangani teroris di internet dan memberikan tindakan keras terhadap ekstremisme online.

Mereka yang dipenuhi kebencian bisa jadi menggunakan internet untuk menyebarkan pesan keji mereka, bisa masuk daftar hitam yang membuat mereka secara fisik tidak dapat memposting materi apa pun.

Sebagian besar materi ekstremis dan terorisme bisa menyebar luas dalam waktu dua jam setelah muncul secara online, berdasarkan penelitian.

Para raksasa media social dan web harus mencegahnya sebelum hal itu terjadi. Perdana Menteri Theresa May dilaporkan membicarakan hal ini pada Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York Selasa (19/9) lalu.

May berharap perusahaan web akan menggunakan teknologi mereka untuk menghentikan konten semacam itu (terorisme) yang muncul secara online dari awal.

“Saya telah mengunjungi terlalu banyak rumah sakit dan melihat terlalu banyak orang yang tidak bersalah dibunuh di negara saya.”

“Ketika saya memikirkan ratusan ribu korban terorisme di negara-negara di seluruh dunia, saya memikirkan teman-teman mereka, keluarga mereka, komunitas mereka, hancur oleh kejahatan ini—dan saya katakan cukup sudah cukup,” katanya.


PM Inggris itu percaya menangani teroris online adalah kunci untuk menghentikan penyebaran konten berisi kebencian yang bisa meracuni pikiran.

Juru bicara May mengatakan raksasa internet “meliliki tugas yang signifikan untuk bertindak lebih jauh.”

“Kita harus bersiap untuk mepertanggungjawaban secara hukum jika kami tidak mendapatkan usaha yang dibutuhkan ke untuk mengurangi potensi tersebut. Secara umum, Anda akan dikenai denda,” katanya.

May mengatakan bahwa dia yakin sebuah solusi dapat ditemukan karena “perusahaan-perusahaan yang merupakan raksasa web ini ini adalah perusahaan yang menghasilkan produk yang pintar dan inovatif.”

“Kelompok teroris sadar bahwa tautan ke propaganda mereka telah dihapus dengan lebih cepat dan memberi penekanan lebih besar untuk menyebarkan konten lebih cepat agar tetap berada di depan,” kata May, menginformasikan para raksasa media social dan web.

“Industri perlu melangkah lebih jauh, lebih cepat, dalam mengotomatisasi deteksi dan penghapusan konten teroris secara online dan mengembangkan solusi teknologi untuk mencegahnya diunggah dari awal.”

May menjadi tuan rumah pertemuan dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron dan PM Italia Paolo Gentiloni.

Dia mengingat kengerian serangan di Westminster, yang menyebabkan lima orang tewas; Manchester Arena, di mana 22 orang terbunuh di sebuah konser Ariana Grande; Jembatan London, di mana delapan meninggal; serangan masjid Finsbury Park di London Utara, di mana satu meninggal; dan serangan teror minggu lalu yang gagal pada sebuah kereta Tube di Parsons Green, London Barat, yang melukai 30 lainnya.

“Ketika teroris menyerang London dan Manchester tahun ini, dunia melihat kota-kota kita bersekutu,” kata May.

“Parlemen kita akan mengundang Ariana Grande kembali ke Manchester dan bernyanyi lagi. Jembatan London kembali ramai dikunjungi orang, komunitas kami berkumpul di masjid di London Utara, dan London kembali naik Tube. Teroris tidak menang, karena kita tidak akan pernah membiarkan orang menghancurkan cara hidup kita. Tapi pembangkangan saja tidak cukup.”

“Dalam dekade terakhir ratusan ribu telah terbunuh oleh teroris di seluruh dunia. Hal Ini adalah tragedi global yang semakin dekat dan menyentuh kehidupan kita semua.”

May akan bersumpah akan menghancurkan ideologi yang “mengajarkan kebencian, membajak divisi dan melemahkan kemanusiaan”. Dia akan mengatakan: “Kita harus terus berjuang melawan kelompok teroris ini di medan perang—dan Inggris akan tetap berada di garis depan upaya ini sambil juga membantu membangun kemampuan aliansi dan mitra kita untuk lebih menghadapi tantangan ini.