Home  »  News   »  
News

Proyek Menghidupkan Kembali Mamut Purbakala Alami Kemajuan Pesat

[Foto: Wikimedia Commons]
Apa jadinya kalau hewan purbakala bisa hadir kembali dalam keadaan hidup di tengah-tengah kita? Pastinya luar biasa ya. Kali ini beberapa peneliti dari Harvard mencoba membawa kembali hewan raksasa yang telah lama punah melalui rekayasa genetika.

Hewan tersebut adalah gajah purbakala yang berbulu tebal dengan ukuran gading raksasa, mamut. Mungkin kita tak akan melihat hewan yang persis mamut di zaman purbakala hidup kembali, namun penelitiannya lebih kepada merekayasa genetika gajah modern agar menampilkan sifat-sifat dan karakteristik fisik dari mamut.

Tim peneliti dari Harvard mempresentasikan kemajuan mereka dalam melakukan percobaan ini di pertemuan tahunan American Association for the Advancement of Science baru-baru ini. Menurut Professor George Church, pemimpin dari tim tersebut, mereka telah mengalami kemajuan yang sebelumnya tak disangka-sangka.

Mungkin Anda pernah mendengar mengenai upaya menghidupkan kembali mamut berbulu yang telah punah sekitar 4.000 tahun lalu. Nah, tim peneliti tersebut menyatakan mereka telah mendekati cita-cita tersebut dengan melakukan penyuntingan gen. Tim Chruch menggunakan teknologi penyuntingan gen CRISPR Cas-9 untuk mengkombinasikan gen mamut, seperti ciri fisik berambut panjang, lapisan lemak tebal di bawah kulit, dan fitur-fitur yang menunjang kehidupan di tempat sangat dingin dengan genom gajah.


Menurut keterangan Church, timnya hanya butuh dua tahun lagi untuk membuat embrio gajah yang mirip dengan mamut. Hal ini dianggap sebagai terobosan baru, karena selama ini dunia telah bermimpi menghidupkan kembali hewan-hewan purba dengan cara-cara yang sering diperlihatkan dalam film atau dokumenter.

Namun demikian, perlu diingat bahwa embrio hanyalah sebuah tahap awal kehidupan, bukan makhluk hidup yang benar-benar utuh dan hidup, dan tip tersebut masih membutuhkan beberapa tahun sebelum bisa membuatnya. Mereka mengatakan akan butuh waktu “bertahun-tahun” untuk bisa melakukan sesuatu yang bisa mewujudkan hewan yang benar-benar hidup dan bernafas, dengan darah dan daging seperti hewan-hewan pada umumnya.

Fokus saat ini lebih kepada melihat efek dari penyuntingan gen tersebut terhadap organisme yang menjadi subyek. Awalnya, tim melakukan percobaan terhadap sel, dan kini mereka mulai merambah kepada embrio.

Menariknya, tim peneliti tersebut menyatakan bahwa pekerjaan mereka memiliki potensi menguntungkan yang bisa membantu menyelamatkan gajah Asia, yang kini masuk dalam daftar hewan terancam. Selain itu, penelitian tersebut juga bisa membantu mengurangi pemanasan global, dengan cara mencegah tundra mencair dengan dengan cara mengaerasi lapisan es.

Tentu saja, untuk penelitian semacam ini, akan ada pihak yang tak setuju. Para kritikus menyatakan proyek ini memiliki beberapa masalah etika, khususnya karena mereka ingin “menghidupkan kembali” binatang yang memiliki jiwa sosial tinggi, yang nantinya pasti akan memiliki efek jika memang penelitiannya berhasil. Para kritikus tersebut menyatakan, akan lebih baik jika upaya penelitian lebih difokuskan untuk mempertahankan dan melindungi spesies yang ada di masa kini, yang telah banyak terancam punah, daripada menghidupkan binatang yang telah lama punah.

Proyek ini memang menarik, namun memang pandangan para kritikus cukup masuk akal. Kita lihat saja nanti, apakah tim peneliti dari Harvard benar-benar bisa “menghidupkan kembali” mamut raksasa berbulu mereka.