Home  »  Opinion   »  
Opinion

Rambut dan Kuku Tetap Tumbuh Meski Sudah Meninggal: Fakta atau Mitos?

[Foto: livescience.com]
Rambut dan kuku merupakan bagian yang terus-menerus tumbuh di tubuh manusia. Meski pertumbuhannya terkadang tidak kita rasakan, tapi akan terlihat jelas. Lantas, bagaimana dengan rambut dan kuku pada orang yang telah meninggal?

Di kalangan masyarakat, terdapat mitos jika orang telah meninggal maka rambut dan kukunya akan tetap tumbuh. Benarkan demikian?

Dalam novel ‘All Quiet on the Western Front’ yang ditulis Erich Maria Remarque, terdapat rumor bahwa rambut dan kuku tetap tumbuh setelah seseorang meninggal. Rambut digambarkan sebagai ‘rumput’ dan kuku sebagai ‘pembuka tutup botol’.

Namun, hal tersebut berkebalikan dengan fakta yang ada dalam dunia medis. Seorang dokter dari Rumah Sakit Lenox Hill, New York, dr. Doris Day mengatakan, hal itu tidak akan terjadi. Sebab, setelah kematian, tubuh manusia mengalami dehidrasi dan menyebabkan kulit menyusut. Penyusutan ini menyebabkan bagian-bagian dari rambut dan kuku yang ada di bawah kulit hadir lebih lama dari sebelumnya.

Normalnya, kuku tumbuh 0,1 milimeter (0,004 inci) per hari. Sementara rambut 15 cm per tahun atau 1,2 cm per bulan. Untuk tumbuh, keduanya membutuhkan glukosa sederhana untuk tumbuh. Menurut dokter Day, setelah seseorang meninggal, tubuh tidak lagi menghasilkan glukosa. Sehingga, sel-sel kulit pada rambut dan kuku tidak akan menghasilkan sel-sel baru.


Dalam sebuah jurnal The BMJ tahun 2007, tertulis pula hal senada. Isi jurnal tersebut menyebutkan jika seseorang telah meninggal dunia, maka seluruh hormon kompleks yang mengarah pada pertumbuhan rambut dan kuku tidak lagi bekerja.

Untuk membuktikan mitos ini benar atau tidak, seorang peneliti pediatri Rachel C Vreeman bersama rekannya Aaron E Carroll, dari Indiana University School of Medicine, melakukan penelitian untuk beberapa mitos medik.

Studi mereka menyimpulkan bahwa mitos tentang pertumbuhan kuku dan rambut setelah meninggal tidak hanya beredar sebagai legenda di masyarakat, tetapi juga beberapa dokter berlisensi mempercayai bahwa mitos itu benar. Namun, ini hanyalah imajinasi dan mitos belaka, karena pada kenyataanya kuku dan rambut tidak tumbuh pada tubuh yang sudah mati.

Menurut Carroll, setelah kematian, kulit kehilangan begitu banyak volume dan air yang menyebabkan dehidrasi rambut dan kuku, sehingga rambut dan kuku tampil seolah-olah lebih menonjol keluar. Dehidrasi tubuh setelah kematian dan pengeringan dapat menyebabkan retraksi (pencabutan) kulit kering di sekitar rambut atau kuku.

Seperti kulit yang ditarik, itu menciptakan tampilan rambut dan kuku yang meningkat dan semakin panjang. Fenomena ini adalah ilusi optik, yang diciptakan oleh pemotongan jaringan lunak dengan kuku dan akar rambut.

Kuku dan rambut keduanya terbuat dari keratin, yaitu protein yang sangat kuat. Keratinisasi terjadi pada folikel (akar) dan sel-sel basal epidermis. Sirkulasi darah dan nutrisi diperlukan untuk keratinisasi, dan ini tidak dapat terjadi setelah kematian.

Pertumbuhan rambut dan kuku juga memerlukan peraturan hormon yang kompleks, yang juga tidak mungkin terjadi setelah tubuh mati dan membusuk. Selain itu, satu-satunya bagian rambut yang masih hidup setelah postmortem (tubuh mati) adalah akar, yang memiliki suplai darah sendiri. Tapi bila pasokan darah hilang, maka tidak ada pertumbuhan lebih lanjut.

Hal ini juga berlaku untuk kuku, namun pertumbuhan postmortemnya minimal, dan sel-selnya masih dapat hidup 2-3 hari setelah kematian. Karena tidak ada lagi aliran darah dan organisme, menyebabkan tubuh membusuk, rambut dan kuku pun jatuh dari tubuh. Tingkat dekomposisi (penguraian) tergantung pada kedalaman penguburan, peti mati dan jenis tanah tempat penguburan kubur.

Jadi, dapat dipastikan bahwa kuku dan rambut yang tetap tumbuh setelah seseorang meninggal hanyalah mitos belaka.