Home  »  News   »  
News

Restoku – Aplikasi POS (Point of Sales) Baru Berbasis Android

[Foto: Restoku]

Saat ini industri kuliner masih banyak diminati dari berbagai macam kalangan, salah satu nya adalah generasi millennial. Tidak hanya menjadi penikmat setia berbagai macam kuliner yang ada di Indonesia, tetapi juga menjadi para pelaku usaha muda.

Data dari Kementerian Perindustrian mencatat pada triwulan II 2018 pertumbuhan industri makanan dan minuman mencapai 8,67%. Angka ini melampaui pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,27%. Sektor industri makanan dan minuman mampu memberikan kontribusi terhadap PDB industri pengolahan nonmigas hingga 35,87%.

Melalui peluang besar yang ditemukan tersebut, Ageng dan Dimas Agil menghadirkan aplikasi ini untuk mempermudah management dalam bisnis kuliner. Salah satu nya adalah menghadirkan fitur yang menjembatani antara pemilik usaha kuliner dengan pencari kerja.

“Sebenarnya saya mengawali ini dari sebuah masalah yang saya temui di lapangan, ketika saya kesulitan mencari karyawan untuk usaha kuliner saya. Hal inilah yang akhirnya membuat saya bersama partner saya Dimas Agil memutuskan untuk membuat aplikasi Restoku yang didalam nya terdapat fitur mempermudah mendapatkan karyawan tanpa harus menggunakan HRD” jelas Ageng, CEO Restoku.id.

Fitur POS Restoku

Ada 3 fitur pada Restoku, pertama adalah Point Of Sales. Fitur ini digunakan untuk mencatat uang masuk dan uang keluar. Fitur ini juga mempermudah untuk pengaturan stok dan pengelolaan pelanggan.

Kedua adalah Fitur Point Of SDM, pada fitur ini pelaku usaha kuliner khususnya owner bisa dengan mudah mendapatkan karyawan baru tanpa perlu melakukan seleksi, bekerjasama dengan perusahaan training center yang memiliki form terstandardisasi menjadi kekuatan dari adanya fitur of SDM ini.

Ketiga adalah fitur Point Of  Supply, fitur yang juga mudah diakses untuk para pelaku usaha kuliner yang ingin memperoleh harga bahan baku murah. Restoku Indonesia juga sudah bekerjasama dengan para supplier yang sudah di seleksi berdasarkan lokasi, jenis produksi, jenis bahan yang disupply, higienitas, dan legalitas.


“Untuk para pelaku usaha yang baru saja menggunakan aplikasi seperti ini, tidak perlu khawatir karena fitur-fitur ini sudah terintegrasi dalam aplikasi Restoku dan tersimpan dengan aman di cloud/ server Restoku Indonesia.” Kata Ageng

Restoku bisa di download pada Google Play Store dengan system operasi minimal 4.4 RAM 1 GB. Saat ini Restoku telah memiliki 500 pengguna aktif dan sudah diunduh 5000 kali. Restoku adalah aplikasi yang berbasis di Yogyakarta. Pengguna aplikasi Restoku saat ini juga masih didominasi dari Yogyakarta. Tetapi ada juga pengguna dari Semarang, Jakarta Batam dan kota-kota lainnya.

Manfaat Restoku Agar Bisnis Kuliner Meningkat

Salah satu manfaat penggunaan aplikasi ini adalah ketika menggunakan fitur Point Of SDM dimana dana yang seharusnya digunakan untuk merekrut HRD bisa dialokasikan untuk promosi dan sistemisasi operasional untuk mengejar sales dan produktifitas. Ini adalah salah satu manfaat menggunakan aplikasi Restoku. Bagi UMKM Kuliner tentunya dengan adanya Restoku dapat membantu dan mempermudah pengelolaan usaha kulinernya, pencatatan transaksi dan pelaporan rapi dan tersistem. Issue turn over tinggi di level UMKM kuliner dapat berkurang dengan memahami karakter calon karyawan.

Pemilik usaha atau yang biasa dikenal dengan owner tidak perlu banyak menghabiskan waktu untuk hanya sekedar mencari karyawan dan mencari supplier bahan baku. Tidak ada lagi alasan untuk tidak berkembang dan bisa scaleup. Harapan adanya aplikasi ini adalah adanya perkembangan bisnis kuliner yang signifikan dari tahun-tahun sebelumnya karena dengan adanya Restoku semua informasi sudah tersedia. Baik informasi barang maupun jasa yang dibutuhkan para pelaku usaha kuliner. Nantinya Restoku dapat menjadi enabler teknologi yang mudah, murah, dan sekaligus bersifat edukatif.

“Melalui aplikasi ini saya dan Ageng selaku Co-Founder Restoku Indonesia berharap, bisa menjadi jembatan untuk produktifitas pelaku UKM kuliner yang ingin usaha nya lebih profitable, repeatable dan scalable. Ya karena kita ketahui indutri kuliner adalah penopang ekonomi nasional. Apalagi wisatawan itu senang dengan olahan dengan bahan baku tradisional seperti jamur, singkong, tempe, pisang, dan sebagainya.” jelas Dimas Agil.

 

Rilis pers oleh Aulia Puspanjali, mahasiswa Ilmu Komunikasi – UIN Sunan Kaljaga Yogyakarta.