Home  »  Opinion   »  
Opinion

Riset: Gender Tentukan Cara Orangtua dalam Memperlakukan Buah Hati

[Foto: pixabay.com]
Setiap orang tentu akan setuju dengan pernyataan: Orangtua manapun akan memperlakukan anak-anaknya secara adil, baik itu anak perempuan ataupun laki-laki. Namun, pernyataan tersebut tampaknya bertentangan dengan hasil riset yang baru-baru ini dilakukan oleh sejumlah peneliti. Dan mungkin, hasilnya akan membuat Anda mengernyitkan dahi.

Tim peneliti yang dipimpin oleh Jennifer Mascaro tersebut menyebutkan, ayah dengan balita perempuan ternyata lebih perhatian ketimbang ayah dengan balita laki-laki. Penelitian itu sendiri sudah dipublikasikan dalam Behavioral Neuroscience, 25 Mei lalu.

Penelitian dilakukan dengan cara meriset sebanyak 52 ayah dengan anak balita di Atlanta, Amerika Serikat. Dalam waktu 48 jam, mereka dipasangi alat perekam di bagian pinggangnya. Masing-masing dibagi dalam dua hari, yakni hari kerja dan akhir pekan. Para ayah di rentang usia 21-55 tahun itu dipantau pola hubungan mereka dengan anak balitanya, laki-laki dan perempuan.

Alat perekam ini diprogram untuk merekam cuplikan suara sepanjang 50 detik setiap 9 menit. Namun, mereka sama sekali tidak tahu kapan perangkat tersebut benar-benar merekam. Dari setiap ayah, pengambil sampel berakhir dengan total dua jam suara. Kemudian, setiap interaksi dengan balita ditranskrip secara manual dan dianalisis untuk berbagai jenis konten.

Lalu, bagaimana hasilnya? Ternyata, ayah dari balita perempuan lebih perhatian dibanding ayah dari balita laki-laki. “Mereka menghabiskan sekitar 60 persen waktu lebih banyak dengan penuh perhatian,” kata Jennifer Mascaro.

Tanpa disadari, hasil ini menunjukkan bahwa bias gender atau jenis kelamin menentukan cara orangtua dalam memperlakukan anak-anak mereka. Penelitian sebelumnya menunjukkan, ketika orangtua mengisi kuesioner, mereka jarang melaporkan tentang perlakuan yang berbeda terhadap anak-anak mereka.


Maklum saja, studi psikologi yang mengamati tentang interaksi orangtua dan anak dalam lingkungan laboratorium mungkin tidak selalu mewakili perilaku pengasuhan yang khas. Sebaliknya, dalam riset ini, semua terlihat jelas.

Ketika para ayah menunjukkan gambar anak-anak mereka, dengan ekspresi wajah berbeda, pemindaian otak menunjukkan bahwa ayah memiliki respons saraf yang lebih kuat di area otak, yang penting untuk penghargaan dan regulasi emosional terhadap wajah bahagia anak perempuan mereka.

Sebaliknya, otak ayah anak laki-laki memiliki respons yang lebih kuat terhadap ekspresi netral anak laki-laki daripada ekspresi lainnya.

Dalam temuan riset ini, terjadi perbedaan mencolok bagaimana ayah berbicara kepada anak-anaknya. Para ayah juga menghabiskan waktu sekitar lima kali lebih banyak untuk menyanyi dan bersiul dengan anak perempuan dan berbicara lebih terbuka tentang emosi, termasuk kesedihan.

Sebaliknya, ayah dari anak laki-laki menghabiskan waktu sekitar tiga kali lebih lama setiap hari untuk bermain kasar dan bergulingan serta menggunakan lebih banyak bahasa terkait dengan prestasi, termasuk kata-kata seperti ‘bangga’, ‘menang’, atau ‘terbaik’.

Kendati begitu, penelitian ini tidak bisa menentukan sejauh mana preferensi bawaan anak perempuan dan anak laki-laki yang membuat perlakuan berbeda dari orangtua mereka. Namun peneliti menyimpulkan, setidaknya, kemungkinan bias sosial memainkan peran.

“Kita harus menyadari bagaimana gender yang tidak disadari bisa mempengaruhi cara kita memperlakukan anak-anak yang masih sangat muda sekalipun,” ujar Mascaro. Ada banyak bukti bahwa ada perbedaan dalam perilaku, bakat, dan preferensi mainan anak laki-laki dan anak perempuan sejak usia dini.

Sementara itu, psikolog di University of Michigan, Susan Gelman—yang tidak terlibat dalam riset ini—mengatakan bahwa orangtua sering mengenalkan bias, bahkan ketika berusaha untuk mencapai hal yang sebaliknya.

“Seperti ‘anak perempuan bisa menjadi petugas pemadam kebakaran, bukan hanya anak laki-laki’, mengingatkan anak akan stereotip bahwa anak perempuan bukanlah pemadam kebakaran,” katanya.

Jadi, apakah Anda setuju jika gender menjadi salah satu bias bagi orangtua dalam memperlakukan buah hatinya?