Home  »  News   »  
News

Samasta, Startup Indonesia yang Hubungkan Petani Lokal dengan Pemilik Bisnis Kuliner

[Foto: Shutterstock]
Katakanlah Anda sedang memulai sebuah bisnis restoran atau kafe. Hal yang paling utama yang perlu dilakukan setelah urusan tempat dan sumber daya manusa beres tentu adalah mencari penyedia bahan makanan yang bisa diandalkan. Anda perlu mencari tahu bahan apa saja yang diperlukan, berapa dana yang dibutuhkan, dan tentu saja, dimana harus membelinya. Urusan semacam itu bisa jadi sangat merepotkan, kalau Anda tak punya koneksi kepada pemasok yang tepat.

Farina Situmorang pernah mengalaminya, ketika mengawali bisnis sajian organiknya beberapa waktu lalu. Merasa kesulitan mendapat bahan baku yang segar, Farina dan beberapa temannya akhirnya memutuskan untuk membuat sendiri platform yang memungkinkan pemilik bisnis makanan terhubung dengan para pemasok bahan baku yang mereka butuhkan.

“Dua tahun lalu, ketika kami membangun Naked Granola dan mencari bahan baku, kami menyadari bahwa bahan baku agak sulit didapat. Kami benar-benar harus mencari kesana-kemari, dan sangat mengandalkan network yang kami punya. Kami juga harus memeriksa semua hal. Informasinya kadang kurang lengkap,” kata Farina, seperti dilansir dari Brilio, Kamis, 30 Maret 2017.

“Bayangkan saja, ini tahun 2017, tapi kami harus datang ke pameran untuk menemukan pemasok dan bahan baku. Jika tak datang, maka kami akan kesulitan,” katanya.

Farina dan teman-temannya mengobrol dengan sesama pebisnis makanan, dan menemukan bahwa masalah yang mereka alami pun sama. Mereka sangat bergantung kepada beberapa pemasok saja.

“Jual belinya juga tidak transparan. Semuanya masih paper-based dan banyak celah untuk mempermainkan harga, atau korupsi,” tambahnya.


Dari sanalah ide untuk membangun Samasta muncul.

Samasta adalah sebuah marketplace, seperti halnya Amazon, Tokopedia, atau Sociolla, namun fokusnya kepada bahan baku makanan. Platform tersebut menghubungkan antara pemasok bahan makanan dan petani, kepada pemilik bisnis makanan, koki, atau siapapun yang membutuhkan pasokan bahan makanan dalam skala bisnis. Pemasok bisa menjual makanannya secara online, dan pembeli bisa mendapat banyak opsi dan bisa membandingkan harga dengan pemasok lainnya.

Samasta memang menetapkan sistem fee bagi pemasok dan petani, namun keuntungannya, mereka tak perlu memiliki toko fisik untuk menjual produk-produk mereka. Kedua pihak, pemasok dan pembeli, juga bisa berhubungan langsung tanpa perantara pihak ketiga, yang biasanya membuat harga bahan baku melambung tinggi. Jadi, harga yang didapat pembeli melalui Samasta bisa lebih murah.

Platform tersebut telah beroperasi dalam versi beta sejak dua bulan lalu, dan hingga saat ini, sudah berhasil mengumpulkan 50 pemasok di sekitar Jakarta yang menjual lebih dari 200 jenis produk.

Ide untuk mendirikan marketplace khusus bahan makanan memang brilian, namun meyakinkan dan mengedukasi petani untuk menggunakan teknologi tentu tak akan mudah. Menurut Farina, mengedukasi petani dan para pemasok memang kunci sukses startupnya.

“Kami melakukan banyak hal, karena mengubah perilaku seseorang kan butuh waktu. Kami tak mau sombong dan mengatakan ini akan jadi solusi yang mengubah hidup mereka. Maka kami harus mengedukasi mereka,” kata Farina kepada Brilio. “Jadi seringkali, ketika seorang pemasok mendaftar di platform kami, kami membantu mereka memasukkan produk ke dalam sistem, mengambil foto, dan membantu membuat konten. Memang butuh waktu, namun sejauh ini segalanya berjalan lancar.”

“Kami juag melakukan pengawasan terhadap semua produk untuk menjaga kualitas produk yang dijual di Samasta.”

Samasta memang mempermudah pembelian produk bahan makanan dengan harga lebih murah kepada para pemilik bisnis makanan, namun ternyata masyarakat umum juga bisa menggunakan platform ini untuk membeli bahan makanan.

“Tentu saja, Anda bisa mendaftar untuk membeli berbagai produk. Memang Samasta dibuat untuk pemilik bisnis makanan, namun Anda tetap bisa membeli lima kilo daging atau bawang merah di platform ini,” kata Farina.