Home  »  Opinion   »  
Opinion

Setahun Audio Jack Smartphone Hilang, Dunia Masih Berjalan Normal

iPhone 7 [Foto: MacWorld | Adam Patrick Murray]
Tak terasa, sudah setahun terlewati pasca Apple mencoba mengguncang desain smartphone yang “membosankan” dengan menghilangkan headphone jack pada iPhone 7. Namun saat ini, ponsel tersebut masih diterima baik oleh masyarakat. Bahkan, iPhone 7 menjelma sebagai tulang punggung Apple untuk mendulang pemasukan. Buktinya, pada Q3 2017 saja, penjualan iPhone masih naik 1 persen dibandingkan dengan tahun lalu dengan jumlah 41 juta unit dan iPhone 7 punya peran yang cukup besar di situ.

Apple pun sukses “mempengaruhi” vendor lain untuk memproduksi ponsel tanpa port 3.5mm. HTC U Ultra yang lahir awal 2017 dan Moto Z2 Force yang diumumkan Juli kemarin juga lahir tanpa headphone jack. Sekilas, dunia memang tampak normal-normal saja pasca segelintir ponsel premium menghilangkan port tersebut.

Yang jadi pertanyaan sekarang, apakah benar abstainnya headphone jack pada smartphone adalah desain gawai masa depan? Bisa jadi iya, karena perangkat konsumen sudah banyak yang berubah sifatnya, dari berbasis kabel ke nirkabel, dari yang berlayar monokrom ke layar sentuh (termasuk iPhone yang jadi salah satu pioner). Akan tetapi, ada beberapa hal yang tetap tak bisa diubah dengan hanya menghilangkan headphone jack.


Menukil BusinessInsider (04/09/17), yang pertama, hilangnya port 3.5mm tak serta-merta mengubah perasaan user ketika menggenggam perangkat selulernya. iPhone 7 yang tak memakai headphone jack berdimensi 138,3 x 67,1 x 7,1 mm. Sedangkan dimensi iPhone 6 yang saat itu tidak diprotes karena menghilangkan jack 3.5mm adalah 138,1 x 67 x 6,9 mm. Perbedaannya hampir tak signifikan, selain ketebalan 0,2 mm. Perbedaan bobot di antara keduanya pun cuma 4,8 gram.

Di samping itu, teknologi Bluetooth juga belum sepenuhnya sempurna untuk mendukung perangkat audio nirkabel. Headphone Bluetooth, misalnya, masih perlu di-charge baterainya dan terkadang juga mendadak kehilangan koneksi. Dari segi ini saja, headphone kabel masih lebih unggul dibanding produk yang sedikit lebih modern darinya.

Ada juga yang percaya bahwa headphone berbasis kabel sudah waktunya untuk digantikan dengan produk yang lebih canggih. Mereka memakai analogi disket yang pada akhirnya tergantikan oleh cakram CD, DVD, dan kini USB flash disk dan Blu-Ray. Tak sepenuhnya salah memang persamaan tersebut, tetapi perlu disadari bahwa teknologi pengganti headphone kabel belum sehebat USB flash disk atau Blu-Ray. Jadi, masih ada alasan kuat untuk memakai headphone 3.5mm, atau minimal yang memakai Lightning port. Atau kalau masih ngotot untuk memakai headphone jack pada iPhone 7, bersiaplah menatap ketidakestetikan headphone yang tak langsung terhubung ke perangkat, melainkan melalui dongle lebih dahulu.

Lalu, apakah dengan hadirnya smartphone premium tanpa headphone jack seperti iPhone 7 semua flagship yang rilis setelahnya akan mengikuti pakem desain itu? Jawabannya jelas: tidak. Entah karena menilai headphone kabel masih terlalu nyaman bagi kebanyakan orang atau sekadar ingin memanjakan komunitas konsumen yang kecewa dengan ponsel seperti iPhone 7, Essential Phone yang dirilis ke pasaran belum lama ini – tepatnya di bulan Agustus 2017 – justru masih mempertahankan jack 3.5mm. Gawai ciptaan co-founder Android itu justru percaya diri dengan desain revolusioner berupa edge-to-edge display ketimbang “cuma”menghapus audio jack.