Home  »  News   »  
News

Startup AS Temukan Produk Imut yang Memperlambat Pembusukan Buah

[Foto: Hazel Technology]
Buah-buahan atau sayuran tertentu sangat sulit dicari ketika sedang tidak musim, namun pada saat musimnya, buah dan sayur tersebut begitu berlimpah. Saking banyaknya, banyak yang menjadi busuk karena tidak terjual atau termakan. Sebuah startup asal Chicago telah membuat produk inovatif untuk mengatasi masalah ini.

Hazel Technologies nampaknya punya misi untuk mengurangi makanan terbuang. Perusahaan tersebut telah mengembangkan produk yang bisa disisipkan dalam kemasan untuk mencegah kebusukan. Sisipan tersebut mengandung bahan kimia yang mampu membunuh jamur, cendawan, dan memperlambat pembusukan buah-buahan dan sayuran. Produk organik jadi tak mudah layu dan bulukan.

Memang seberapa besar sih kerugian dari makanan terbuang? Di Amerika Serikat, kerugiannya sangat besar. Sebuah laporan terbaru dari Departemen Pertanian AS menyebutan, setiap tahunnya negara itu membuang lebih dari 11,3 milyar kilogram buah dan sayuran setelah panen, dan nilainya mencapai $30 milyar (setara dengan Rp400 triliun). Jumlah itu memang sangat besar, namun yang lebih menyedihkan adalah, ada 42,2 juta orang, termasuk 6,4 juta anak-anak, hidup kelaparan di AS.

Menurut CEO Hazel Technology Aidan Mouat, produk yang dinamai BerryBrite dan FruitBrite tersebut dikembangkan dengan mempertimbangkan nasib petani dan banyaknya makanan yang terbuang. Produknya berupa bantalan yang muat di dalam wadah buah, atau sachet seukuran kemasan gula yang bisa dimasukkan ke dalam plastik kemasan buah dan sayuran. Sisipan tersebut mengandung bahan aktif inhibitor etilena dan agen anti-jamur.


Etilena dikenal sebagai hormon pematang buah. Menghambat pertumbuhan hormon tersebut akan membantu menjaga buah tetap awet dan enak selama berminggu-minggu, alih-alih busuk dalam beberapa hari. Bahan aktif dalam produk FruitBrite adalah 1-methylcyclopropene (1-MCP), yang meniru efek etilena namun menghambat reseptor etilena pada sayur dan buah. Molekulnya telah digunakan secara komersil untuk menjaga buah dan bunga tetap segar.

Produk sisipan yang biodegradable dan tak beracun ini memungkinkan petani untuk memperpanjang masa jual produk buah dan sayurannya tanpa harus menyemprotnya dengan larutan kimia.

Di samping mengurangi makanan terbuang, startup tersebut juga ingin membantu petani menjual hasil ladangnya kepada konsumen baru.

“Jangkauan geografis dari distribusi produk-produk tersebut sekarang dibatasi oleh masa kadaluwarsa. Jika saya menanam belimbing di Florida, akan susah untuk menjualnya ke Vancouver. Namun teknologi ini memungkinkan saya menjual produk ke sana, dengan kesegaran, bentuk dan rasa yang diinginkan oleh pelanggan,” kata Mouat.

Dalam beberapa pekan terakhir, Hazel Teknologi telah mengeluarkan modal $800,000 untuk meningkatkan produksi, sementara mereka mengembangkan produk baru. Mereka mendapatkan dana investasi dari Rhapsody Venture Partners, VentureWell Foundation, dan Valley Oak investments. Sebelumnya, startup yang didirikan oleh alumni Northwestern University ini menerima pendanaan Small Business Innovation Research (SBIR) dari USDA sebesar $100,000 dan dari Clean Energy Trust sebesar $500,ooo.

Menurut salah satu investor Hazel Technologies dari Valley Oak Investments Niko Hrdy, salah satu alasan mereka memberi startup tersebut dana segar adalah bahwa produk mereka bermanfaat untuk petani dan pengirim produk, yang merupakan infrastruktur yang sudah ada.

“Solusi yang mereka tawarkan memiliki keuntungan substansial yang mudah diukur,” kata Hrdy. “Banyak perusahaan pengiriman dan petani mencoba untuk mengirim buah dan sayur lebih jauh, mencari pasar baru, memperpanjang musim tanam, dan mengurangi buah dan sayur yang terbuang di pasar.”

Dia berharap dengan dana yang diberikan, startup tersebut akan menambah karyawan dan mulai bekerja dengan lebih banyak petani dan pengirim di seluruh dunia, terutama di seluruh pusat pertanian di Amerika.