Home  »  News   »  
News

Studi Terbaru: Kafein dalam Kopi Membantu Tubuh Melawan Radang

[Foto: Pixabay.com]
Suka minum kopi? Tak bisa memulai hari tanpa secangkir espresso kental yang harum dan sedikit pahit? Jika ya, kali ini dunia sains punya kabar baik buat Anda para pecinta kopi. Sebuah studi menemukan bahwa kafein yang terkandung dalam kopi mampu mengatasi peradangan (inflamasi) yang bisa jadi semakin buruk seiring bertambahnya usia.

Studi tersebut mempelajari efek kafein terhadap sel-sel kekebalan tubuh, dan menemukan bagaimana kafein mempengaruhi sel-sel imun yang membantu mengatasi berbagai penyakit, seperti diabetes tipe-2, gangguan kardiovaskuler, dan bahkan demensia.

Memang selama ini sudah banyak ilmuwan yang menemukan korelasi antara kafein, kopi, dan tubuh yang sehat. Namun beberapa studi lain juga mengatakan bahwa kopi, khususnya yang panas, bisa meningkatkan resiko tubuh terkena kanker. Namun selama ini, belum pernah ada studi khusus yang meneliti efek kafein terhadap sistem imun tubuh.

Kita sebelumnya sudah mengetahui bahwa kafein bisa menghambat efek kerja molekul yang bernama adenosin. Molekul adenosin yang terhambat di sel otak inilah yang membuat kopi bisa membantu kita tetap terjaga. Namun efeknya terhadap tubuh, menurut studi yang dipublikasi di Nature Medicine, terhambatnya adenosin bisa juga menghambat saluran yang memproduksi molekul penyebab radang.

“Minuman yang diminum banyak orang itu mungkin memiliki manfaat langsung yang mengejutkan,” kata Mark Davis, profesor di Universitas Stanford dan salah satu peneliti dalam studi tersebut. Walaupun ia dan para koleganya tidak membuktikan bahwa kafein membuat badan lebih sehat, namun mereka menemukan beberapa indikasi yang mengarah kepada kafein mungkin bisa meningkatkan kesehatan.


Menurut Davis, yang mereka tunjukkan adalah korelasi antara konsumsi kafein dengan umur yang panjang. Mereka juga telah menemukan mekanisme yang sangat masuk akal melalui berbagai uji laboratorium, yang bisa menerangkan mengapa kopi bisa memberi efek positif terhadap kesehatan.

Riset awal mereka adalah penelitian mengenai pertambahan usia manusia. Peneliti dari Universitas Stanford dan Universitas Bordeaux menganalisa gen dari 114 orang yang berpartisipasi dalam sebuah studi jangka panjang. Para ilmuwan tidak meneliti kode genetik, namun mencari tahu berapa banyak gen-gen spesifik yang dibutuhkan seseorang untuk memproduksi protein.

Mereka menemukan bahwa, orang-orang yang berada di rentang usia 60 hingga 89 tahun cenderung meningkatkan produksi molekul kekebalan dalam sebuah kompleks yang disebut inflammasome. Kompleks tersebut adalah kumpulan dari protein-protein yang mengandung zat imun dalam sel yang mengaktivasi sistem imun, yang disebut interleukin 1 beta atau IL-1B. Molekul ini sangat penting untuk melawan radang, namun penumpukan molekul ini dalam jangka waktu lama bisa mengarah kepada penyakit jantung, kanker, dan Alzheimer’s.

Di antara orang-orang berusia lanjut yang diteliti, 12 orang diantaranya memproduksi lebih banyak molekul inflamatori ini, dan 11 orang lainnya memproduksi lebih sedikit. Subyek yang lebih sedikit memproduksi molekul inflamatori ini lebih sehat, dengan tekanan darah lebih rendah, arteri yang lebih fleksibel, dan banyak yang usianya melampaui 90 tahun.

Mereka juga memiliki zat pemecah DNA dan RNA yang beredar dalam darah mereka, termasuk molekul yang disebut adenin, atau adenosin, dalam jumlah yang lebih sedikit. Adenin diketahui melekat pada molekul gula. Molekul-molekul ini mampu menstimulir inflammasome, dan jumlah molekul yang lebih sedikit dalam tubuh menjelaskan mengapa kelompok subyek ini lebih tahan terhadap radang.

Hubungannya dengan kopi, kafein ditemukan memiliki kemampuan untuk menghambat efek adenosin dalam otak. Karena itulah, para ilmuwan memperkirakan kemungkinan bahwa kafein mampu menghambat efek adenin dan adenosin terhadap sel-sel imun, dan mengurangi efek inflamasi dari kedua molekul tersebut.

Menurut studi, orang-orang yang jarang terkena radang mengonsumsi lebih banyak minuman berkafein, seperti kopi, soda, dan teh. Faktanya, tekanan darah lebih tinggi yang dihasilkan dari kafein dan produk berkafein berkorelasi dengan produksi molekul radang seperti IL-1B yang lebih rendah.

Ketika beberapa ilmuwan menguji sel-sel dengan adenin dan molekul lain yang memicu imflammasome, sel-sel yang direndam dalam kafein memproduksi molekul radang yang jauh lebih sedikit dibandingkan yang tidak. Ilmuwan memang belum menjelaskan bagaimana kafein menghambat inflamasi, namun setidaknya, kini kita bisa mendapat justifikasi untuk mendapatkan sloki espresso kedua hari ini.