Home  »  Opinion   »  
Opinion

Ternyata Penggunaan Energi Matahari Menyerap Lebih Banyak Tenaga Kerja Dibandingkan Energi Lain

[Foto: processindustryforum.com]
Hingga saat ini, masih banyak orang yang menganggap bahwa penggunaan energi matahari adalah sesuatu yang sangat mahal dan kurang efisien. Di Indonesia contohnya, energi matahari masih sulit dikembangkan.

Dirjen Energi Baru dan Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Rida Mulyana mengatakan, masalah utama dalam pengembangan listrik tenaga matahari di Indonesia adalah keterbatasan pembebasan lahan dan masih sangat mahalnya harga baterai. Menurutnya, harga baterai penyimpan tenaga matahari 3 kali lipat daripada harga solar cell. Celakanya lagi, baterainya hanya bertahan selama 3 tahun.

“Kalau solar cell sekali beli bisa bertahan hingga 25 tahun. Namun, baterainya ini sudah harganya 3 kali lipat lebih mahal daripada solar cell-nya, juga hanya bertahan selama 3 tahun. Tentu biaya ini masih tinggi sekali,” ucap Rida, seperti dilansir dari Detik.

Selain di Indonesia, warga Amerika Serikat pun masih banyak yang menganggap bahwa penggunaan energi terbarukan seperti matahari sangat tidak baik dari sisi ekonomi.

Namun dibalik anggapan-anggapan tersebut, ternyata begitu banyak keuntungan dari pemakaian energi ramah lingkungan ini. Laporan dari US Energy and Employment Report (USEER) justru menampilkan data yang sebaliknya.

Pada tahun 2016 silam, industri pengolahan energi matahari berhasil mempekerjakan lebih banyak orang ketimbang industri pengolahan energi batu bara, gas, dan minyak yang sudah digabung. Tentunya hasil ini sangat menakjubkan.


Pada pertengahan Januari 2017 laporan tersebut secara resmi dikeluarkan. Laporan memaparkan bahwa tingginya tenaga kerja yang dibutuhkan dalam pengelolaan energi matahari disebabkan oleh faktor konstruksi. Saat ini, masih dibutuhkan begitu banyak pembangunan baru yang bisa menunjang permintaan atas energi ramah lingkungan. Jadi, pembangunan ini menyerap begitu banyak pekerja.

Laporan ini juga mengatakan bahwa pada tahun 2015–2016 lalu, industri energi matahari mempekerjakan 374.000 orang atau sebanyak 43% dari tenaga kerja yang ada di sektor energi. Sedangkan gabungan dari energi fosil yang mencakup batu bara, minyak bumi, dan gas hanya bisa mempekerjakan 187.117 orang saja atau 22% dari keseluruhan tenaga kerja.

Menurut data, penduduk Amerika Serikat yang kini bekerja di industri energi adalah sebanyak 6,4 juta. Pada tahun 2016, telah bertambah 300.000 pekerja baru di bidang energi. Kenaikan ini menunjukkan naiknya jumlah pekerja di Amerika Seriat sebanyak 14%.

Faktanya, industri energi matahari telah mengalami kenaikan penyerapan tenaga kerja hingga 25% sejak tahun 2015. Berkat adanya industri ini, 73.000 pekerjaan baru berhasil ditambahkan. Selain itu, terdapat kenaikan sebesar 32% di bidang energi angin. Dengan hasil ini, jelas jika efek penggunaan energi terbarukan sangat baik untuk sektor apapun.

Angka-angka ini tidak hanya sekadar pajangan dan menyenangkan untuk kondisi sekarang saja, tetapi juga untuk masa depan. USEER telah melakukan survei terhadap pihak-pihak yang merekrut ratusan ribu karyawan baru tersebut. Mereka diminta memberi proyeksi tentang bagaimana prospek pekerjaan di bidang energi terbarukan pada tahun 2017 nanti.

Hasilnya, mereka semua memproyeksikan bahwa jumlah perekrutan tenaga kerja baru akan naik. Sekitar 200.000 tenaga kerja baru akan dibutuhkan dalam jangka waktu satu tahun ke depan saja. Sementara, proyeksi di bidang energi fosil justru diprediksikan akan turun 3% dalam tahun 2017 ini.

David Foster, seorang penasihat senior di bidang kebijiakan ekonomi dan industri mengatakan bahwa laporan ini sejatinya menunjukan bahwa teknologi energi dan infrastruktur memiliki peran yang sangat dinamis di bidang perekonomian. Bidang energi merupakan salah satu faktor penting yang mendorong pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat.

Tenyata dibalik biaya pembuatannya yang mahal, penggunaan energi matahari telah menolong banyak orang dengan cara menciptakan lapangan pekerjaan.