Home  »  Review   »  
Review

Tertarik Jadi Warga Negara Asgardia? Ketahui Dulu Keuntungan dan Kerugiannya

[Foto: liputan6.com]
Hingga saat ini, lebih dari setengah juta penduduk Bumi sudah mendaftarkan diri untuk menjadi warga Asgardia. Di Indonesia sendiri, per Rabu, 26 Juli 2017, tercatat 6.505 WNI turut mendaftarkan diri sebagai Asgardian, sebutan bagi penduduk negara antariksa Asgardia. Untuk mendaftarkannya, penduduk Bumi bisa melamarnya melalui laman situs web asgardia.space.

Rencananya, satelit pertama Asgardia akan diluncurkan akhir tahun 2017. Ini merupakan awal dari sebuah proyek jangka panjang. Igor Ashurbeyli, ilmuwan asal Rusia yang merupakan kepala tim sekaligus pencetus konsep Asgardia mengatakan, tempat ini bakal menjadi lokasi yang demokratis.

Nah jika Anda tertarik menjadi Asgardian, ada beberapa fakta yang perlu diperhatikan. Inilah beberapa keuntungan dan kerugian yang berpotensi dialami oleh warga Asgardia, sebagaimana dilansir dari laman Travel Wire News.

Keuntungan
Igor Ashurbeyli mengatakan, ingin menjadikan Asgardia sebagai negara pluralisme yang kaya akan budaya, suku, dan bahasa. Ini mungkin cocok bagi penduduk Indonesia, yang pada dasarnya ‘terbiasa’ menempati negara yang kaya akan berbagai keragaman tersebut.

Warga Asgardia juga bisa memilih presiden dalam lima tahun ke depan. Meski pada lima tahun pertamanya masih dipimpin oleh Ashurbeyli. Penduduk juga bisa memiliki pemerintahan daerah, memilih bendera negara, lagu kebangsaan, dan lainnya. Penentuan akan dilakukan berdasarkan petisi yang harus ditandatangani lebih dari seribu penduduk.


Selain itu, lahan pemukiman yang tidak cukup di Bumi karena padatnya populasi juga akan menjadi perhatian di Asgardia. Saat satelit Asgard-1 diluncurkan pada September tahun ini, satelit keduanya akan meluncur pada 2018 untuk memberikan jutaan rumah bagi Asgardian di luar angkasa.

“Asgardia-1 bakal menjadi penanda era baru dari antariksa, membawa warga negara ke angkasa dalam bentuk virtual sejak awal,” kata Ashurbeyli. Jika Asgardia sudah legal, maka menjadi warga negara pertama di negara antariksa tersebut juga diyakini akan menjadi prestisius.

Kerugian

Untuk diluncurkan sebagai negara yang sah, Asgardia memiliki beberapa isu legalitas. Dalam situs resminya, komunitas antariksa ini masih bekerja untuk “mengembangkan hubungan diplomatik dengan negara-negara Bumi lainnya” agar diakui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Berdasarkan ukuran populasi, kini Asgardia menempati peringkat 185 di antara negara-negara dunia.

Ketertarikan warga negara Indonesia untuk pindah warga negara bisa menjadi sebuah kerugian tersendiri. Mengingat peraturan pemerintah yang tidak memperbolehkan status dwikewarganegaraan bagi warga Indonesia.

Jika sudah terpilih menjadi warga negara Asgardia, maka otomatis ia akan kehilangan haknya sebagai WNI. Padahal sebagai Asgardian, penduduk secara fisik akan tetap tinggal di atas permukaan Bumi, tetapi di negara baru.

“Secara fisik, penduduk dari negara ini akan berada di Bumi. Mereka akan tinggal di negara yang berbeda di Bumi. Jadi, mereka bisa menjadi warga negara di dunia pada waktu yang sama saat menjadi warga negara Asgardia,” imbuh Ashurbeyli.

Sejauh ini, Asgardian hanya memiliki tiga hari libur, yakni pada 12 Oktober pada ulang tahun Asgardia, 31 Desember Tahun Baru, dan 18 Juni sebagai Hari Persatuan Nasional. Selain itu, kalender Asgardia memiliki 13 bulan dalam setahun, yang jelas berbeda dari tanggal yang berlaku di Bumi. Satu bulan tambahan yang disebut bulan Asgard diletakkan di antara Juni dan Juli.

Setiap bulan hanya memiliki 28 hari. Artinya, satu bulan benar-benar terdiri dari 4 minggu. Setiap tahun dimulai pada Minggu, pada tanggal dan hari yang sama. Pengguna kalender Gregorius seperti Indonesia tentu bakal merasakan perbedaan yang cukup jelas.

Jadi, apakah Anda tetap tertarik mendaftar untuk menjadi warga negara Asgardia?