Home  »  Opinion   »  
Opinion

Tiga Kesalahan Umum yang Dilakukan Marketer

[Foto: pexels.com]
[Foto: pexels.com]
Jika seorang marketer ditanya apa yang ia lakukan ketika membuat kesalahan dalam marketing, jawaban paling simpelnya adalah belajar untuk tidak melakukannya lagi. Tidak salah. Bisa jadi hal itu adalah pilihan paling tepat yang bisa ia lakukan.

Setiap orang idealnya memang belajar dari kesalahannya untuk kemudian tidak melakukannya lagi di kemudian hari. Tak terkecuali bagi seorang marketer. Bila dalam satu bulan ia tidak bisa memenuhi target yang telah ditentukan, maka idealnya ia melakukan review dan analisis mengenai apa saja yang berpotensi menjadi kekeliruan, apa saja yang kurang, dan membenahi hal tersebut untuk performa yang lebih baik di periode selanjutnya.

Namun, menjadi satu masalah besar apabila sebagai seorang marketer, mereka tidak menyadari bahwa apa yang mereka lakukan adalah sebuah kesalahan. Kenyataannya, banyak sekali marketer yang gagal dalam memahami tindakan mereka sendiri. Akibatnya, secara tidak sadar, banyak sekali kesalahan yang mereka lakukan dan berpotensi menghambat proses marketing.

Anda melakukan cara yang sama dengan yang dilakukan orang lain

Pada umumnya, seorang marketer belajar mengenai marketing dari orang lain. Entah itu dari bangku kuliah yang rasakan bertahun-tahun, dari mentor, dari kursus, atau dari manapun. Proses belajar diambil dengan posisi meniru pada apa yang sudah berjalan. Seorang mentee akan sangat terpengaruhi oleh pikiran mentornya. Seorang trainee akan menerapkan cara-cara yang diajarkan trainer dalam prosesnya trainingnya.


Disadari atau tidak, meski tidak sepenuhnya salah total, hal tersebut bisa saja menjadi sebuah kesalahan. Sebab, setiap orang idealnya memiliki metodenya masing-masing. Model bisnis yang sama belum tentu memiliki proses marketing yang sama. Bila kita melihat lebih dalam ke ranah personal, kita bahkan bisa memastikan bahwa setiap orang memiliki gaya marketing yang berbeda satu dengan yang lain.

Tidak ada salahnya belajar dari orang lain. Sebab untuk menjadi expert memang harus diawali dari meniru. Tetapi, idealnya proses meniru ini tidak berlangsung selamanya. Seorang marketer tetap harus mengelaborasi kemampuan dalam dirinya untuk menentukan menentukan metode yang paling tepat, alih-alih meniru dari apa yang telah dilakukan orang-orang sebelumnya.

Anda terburu-buru mengartikan kemauan konsumen

Riset pasar merupakan satu proses yang tidak boleh terlewatkan dalam proses marketing. Berbagai metode pun bisa dipakai untuk menggali data. Dari mulai observasi di lapangan hingga memberikan kuesioner yang harapannya dapat menghasilkan data yang menggambarkan kondisi konsumen.

Kenyataannya, meski riset pasar terus-menerus dilakukan, seorang marketer tidak “sungguh-sungguh” dalam memahami keinginan klien. Seorang marketer yang “expert” terlebih dulu nyaman dengan pola yang ada di kepalanya. Seolah memang perhitungan dia sudah sangat akurat untuk diterapkan dan diberikan kepada konsumen. Ia lupa bahwa asumsi yang berlebih akan membunuh sebuah produk itu sendiri.

Anda terlalu fokus pada jumlah yang banyak

Memprospek lebih banyak orang memang memberikan kesempatan kepada seorang marketer untuk lebih banyak menjual produknya. Namun, satu hal yang dilupakan oleh marketer adalah kadang-kadang untuk meraih konversi yang maksimal, kita tidak selalu butuh jumlah yang banyak. Kuantitas memang diperlukan, namun di atas itu kualitas jauh lebih berpengaruh.

Fokus pada terlalu banyak konsumen membuat proses marketing menjadi kurang efektif. Sebagai syarat yang ideal, targeting konsumen menjadi hal yang wajib dilakukan. Tujuannya adalah agar produk terdeliver pada orang yang tepat dan sekali lagi mengefektifkan proses dari marketing itu sendiri.