Home  »  News   »  
News

Untuk Operasi Perusahaan, Google Bakal Gunakan 100 Persen Energi Terbarukan pada 2017

[Foto: iflscience.com]
Mulai tahun 2017, Google menargetkan pemanfaatan 100 persen energi terbarukan untuk operasi perusahaan. Hal tersebut disampaikan melalui blog resmi mereka, dimana Google akan membeli 2,6 gigawatt energi dari pembangkit listrik tenaga angin. Kemudian, sisa energi lainnya akan berasal dari panel surya.

Senior Vice President Technical of Infrastructure Google, Urs Hölzle, mengatakan energi terbarukan akan menjadi sumber listrik pusat data dan kantor Google di seluruh dunia. Google menggunakan jumlah energi luar biasa besar untuk memproses triliunan pencarian per tahun. Pada platform video YouTube, yang juga dimiliki Google, orang mengunggah 400 jam video setiap menit.

“Kami yakin langkah ini baik untuk bisnis,” kata EU Energy Lead Google, Marc Oman, seperti dilansir dari guardian. Ia mengatakan penggunaan energi terbarukan memberikan keuntungan dalam jangka waktu yang lama.

Oman mengatakan, penggunaan energi terbarukan bukan soal greenwashing. “Pendiri kami percaya bahwa perubahan iklim nyata dan mengancam, jadi kami harus mengambil peran,” ujarnya.

Google merupakan perusahaan pembeli listrik bertenaga energi terbarukan yang paling besar di dunia. Tahun lalu, 44 persen listrik Google berasal dari angin dan sinar matahari. Menurut Oman, yang paling membutuhkan energi paling banyak adalah pusat data perusahaan. Pada 2015, Google membeli 5,7 TWh listrik bertenaga energi terbarukan. Jumlahnya tak jauh dari energi yang dihasilkan seluruh panel surya di Inggris pada tahun yang sama, yakni 7,6 TWh.


Oman menuturkan, untuk mencapai target 100 persen penggunaan energi terbarukan, Google membutuhkan waktu cukup lama, yakni lima tahun. Salah satu penyebabnya adalah proses negosiasi perjanjian pembelian energi yang rumit. “Perusahaan yang lebih kecil akan kesulitan dengan dokumen,” ucapnya.

Menurut Oman, Google tengah mencari energi rendah karbon seperti hidro, biomass, dan nuklir. Selama 10 tahun ia mengincar perjanjian kerja sama. Meski nuklir terbilang kontroversial, Oman mengatakan Google tak akan menolak menandatangani perjanjian pembelian energi tersebut. “Kami tidak akan menolak jika memang memenuhi keinginan kami, yaitu murah dan aman,” ujarnya. Namun, hingga saat ini, ia belum melihat ada proyek nuklir yang memenuhi kriteria tersebut.

Dengan penggunaan 100 persen energi terbarukan, bukan berarti Google mendapatkan semua energinya langsung dari tenaga angin dan surya. Dalam basis tahunan, jumlah energi terbarukan yang dibeli setara dengan listrik yang dikonsumsi.

Pertimbangan Ekonomis

Untuk menyalakan seluruh pusat data dan kantor, Google menggunakan 0,013 total seluruh energi di dunia pada 2011 lalu. Setelah bertambah maju dan berkembang, konsumsi energi Google tentu meningkat drastis dan meninggalkan jejak karbon yang sangat banyak. Mulai 2017, Google akan menggunakan 100 % energi terbarukan.

Kabar ini bukanlah kabar yang mengejutkan. Karena sejak lama, Google memang sudah bergerak menuju penggunaan energi terbarukan secara total. Investasi sebesar lebih dari 46 trilyun rupiah di proyek energi terbarukan sudah mereka miliki. Google juga merupakan perusahaan yang membeli energi terbarukannya paling besar di seluruh dunia.

Selain masalah lingkungan, keputusan ini ternyata juga dibuat untuk pertimbangan ekonomis. Harga energi dari angin dan matahari telah turun antara 60-80% dalam enam tahun terakhir. Ini merupakan bukti bahwa energi terbarukan adalah sumber energi yang paling murah. Google mengatakan bahwa mereka terlibat dalam 20 proyek energi terbarukan di seluruh dunia.

Biaya untuk energi merupakan pengeluaran terbesar di pusat data Google. Sehingga jika mereka mencari sumber energi paling stabil dan murah yang tersedia untuk jangka panjang, maka ini adalah keputusan yang sangat masuk akal.