Home  »  News   »  
News

Vendor Smartphone Asal China Rampas Pasar Lokal, Apa Strategi Mereka?

Ilustrasi pengguna smartphone [Foto: akshardhool.com]
Tak bisa dipungkiri, untuk saat ini, Tiongkok memang superior dalam sejumlah aspek. Di pasar smartphone dunia, misalnya, Samsung dan Apple yang berada di peringkat pertama dan kedua terus ditekan oleh brand seperti Huawei, Oppo, Vivo, dan Xiaomi yang sesekali mengejutkan dengan produk maupun inovasinya. Untuk mendapat pandangan riil soal kompetisi ini, mari kita cuplik bagaimana pasar merespons kehadiran ponsel dari negara terpadat di dunia itu.

Dari data yang dihimpun International Data Corporation (IDC) secara global pada kuartal kedua 2017, pertumbuhan penjualan smartphone Samsung dan Apple dibandingkan periode yang sama tahun lalu tak lebih dari 1,5 persen. Sebaliknya, Huawei, Oppo, dan Xiaomi yang melengkapi daftar lima besar itu justru mengalami year-over-year change yang amat tinggi. Secara berturut-turut, pertambahan volume penjualan mereka dari Q2 2016 ke Q2 2017 adalah 19,6 persen; 22,4 persen; serta 58,9 persen.

Makin kuatnya cengkraman perusahaan smartphone yang berbasis di China ini faktanya juga terasa di Indonesia. Berdasarkan pantauan IDC terhadap pasar smartphone Tanah Air pada tiga bulan awal 2017, tercatat sebanyak 7,3 juta unit ponsel pintar yang telah terjual. Jumlah itu naik 13 persen dari tahun lalu sekaligus menahbiskan lima vendor penguasa Indonesia di awal tahun ini. Secara berurutan, mereka adalah Samsung, Oppo, Asus, Advan, dan Lenovo (termasuk Motorola yang notabene adalah anak perusahaannya).

Yang bikin miris, market smartphone Indonesia makin jelas dikuasai oleh merek yang berbasis di Tiongkok. Sedari Januari-Maret 2017, pangsa pasar vendor asal China sudah mencapai 31 persen, naik dari 23 persen di tahun lalu dan 12 persen pada 2015. Sebaliknya, vendor lokal makin tersisih dari kompetisi ini. Dari memegang share 34 persen pada Q1 2015 silam, Advan, Evercoss, Polytron, dan kawan-kawan cuma kebagian 20 persen tahun berikutnya dan kembali menciut jadi 17 persen di awal tahun ini.


Pangsa pasar smartphone di Indonesia berdasarkan asal vendor [Foto: IDC]
Menariknya, tak hanya vendor lokal yang tertekan. Brand global seperti iPhone dan Samsung juga kian mengecil pangsa pasarnya di sini dibandingkan tahun lalu.

Versi IDC, di antara vendor asal China yang turut bermain di sini, Oppo dan Vivo mendapat sorotan yang cukup tinggi. Bermain di pasar sebesar Indonesia, mereka tak ragu untuk berkompetisi dengan brand lain melalui kampanye marketing kreatif, menggandeng brand ambassador, memberikan insentif untuk mitra mereka, dan memperbaiki layanan after sales. Praktis, stigma buruk tentang ponsel asal Negeri Tirai Bambu sedikit demi sedikit mulai terkikis di sini.

“Pasar smartphone di Indonesia seperti yang kita ketahui telah berubah karena vendor yang berbasis di China menjadi lebih agresif dengan strategi mereka, tidak hanya dengan lini produk mereka tapi juga keseluruhan strategi pemasaran dan penetrasi mereka,” jelas kata Risky Febrian, Associate Market Analyst, Indonesia Client Devices, IDC, dalam rilis persnya (19/07/17).

Di samping itu, perusahaan smartphone China-based juga sudah punya posisi aman di segmen menengah. Dengan harga yang terjangkau tapi spesifikasi tak kalah mentereng, tak heran kalau sebagian masyarakat mulai beralih dari misalnya produk Samsung J Series ke keluarga Xiaomi Redmi atau Oppo seri A.

Hal inilah beberapa penyebab mengapa vendor lokal kesulitan untuk bersaing dengan Huawei cs. Akhirnya, mereka pun harus menjalankan strategi lain, seperti fokus pada konsumen non-urban atau kota-kota low-tier.