Home  »  News   »  
News

Waspada! Smart TV di Rumah Anda Bisa Jadi Sasaran Para Peretas

[Foto: makeuseof.com]
Kasus peretesan melalui ponsel, PC, atau perangkat yang tersambung ke internet mungkin sudah lazim Anda dengar. Namun tahukah Anda, jika perangkat hiburan seperti smart TV juga bisa diretas? Lebih parahnya lagi, para peretas kini bisa membajak smart TV melalui sinyal DVB-T (Digital Video Broadcasting – Terrestrial).

Saat peretas sudah menyusup, ia bisa menggunakan smart TV untuk berbagai kegiatan mulai dari melakukan serangan DDoS hingga mengintai Anda. Dilansir dari laman Bleeping Computer, serangan tersebut sudah berhasil dipraktikkan oleh Rafael Scheel, peneliti keamanan digital. Menurutnya, serangan ini sangat unik dan lebih berbahaya dari metode serangan lain.

Hingga saat ini, serangan pada smart TV dianggap tidak terlalu membahayakan karena peretas harus masuk ke dalam sistem melalui jalur fisik. Biasanya, peretas menggunakan teknik social engineering dengan menawarkan aplikasi palsu berupa malware atau memasukkan program berbahaya secara langsung melalui port USB.

Namun kali ini, metode yang digunakan oleh Scheel sangat berbeda. Ia memanfaatkan gelombang DVB-T untuk masuk ke dalam sistem dan memasang program tanpa diketahui penggunanya. Hal tersebut dikarenakan proses pemasangan program berbahayanya berjalan di balik layar dan tidak bisa dideteksi. Lebih parahnya lagi, peretas bisa menggunakan metode ini dari jarak jauh.

90 persen smart TV saat ini masih bisa menerima sinyal DVB-T, sehingga potensi korban dari serangan ini termasuk sangat banyak. Dari sisi peretas, kelebihan lain dari metode ini adalah serangannya akan sangat sulit untuk dilacak. Peretas juga bisa menggunakan drone untuk menyebarkan sinyal DVB-T dan bisa memilih target dengan mudah, bahkan di berbagai wilayah yang sulit dijangkau seperti apartemen.


Kasus Peretasan Smart TV

Pada Desember 2016 lalu, seorang pria bernama Darren Cauth melaporkan bahwa perangkat smart TV miliknya tiba-tiba mengalami brick (mati total). Ia pun menceritakan awal mula peristiwa nahas ini. Ketika itu, ia dan keluarganya baru saja selesai mengunduh sebuah aplikasi untuk menonton film. Ketika dicoba, di tengah-tengah aktivitas menonton, tiba-tiba saja smart TV bermerek LG tersebut mati.

TV yang digunakan adalah TV Android pertama keluaran LG. Hanya saja, menurut penuturan Cauthon, pihak LG tidak mau tahu dengan masalah yang dilaporkannya. “Televisi keluarga mati total akibat malware Android. LG tidak mau memberitahu cara untuk factory reset. Menghindari kasus ini sebagai bencana,” ungkap Cauthon, seperti dilansir dari Ubergizmo.

Setelah diusut, jenis malware yang menyerang TV Cauthon adalah ransomware. Berdasarkan informasi yang didapat dari foto kondisi TV, peretas meminta korban tebusan uang senilai 500 USD untuk mengaktifkan kembali TV-nya.

Mungkin jumlah tebusan yang diminta tidak ‘seberapa’. Namun, peristiwa ini tetap mengingatkan kita bahwa apapun yang terkoneksi internet sangat rentan terkena serangan dan kita bisa jadi korban kejahilan peretas.

Sementara itu, analis keamanan Kaspersky Lab, David Jacoby, pernah melakukan percobaan penelitian di ruang tamunya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa aman rumahnya dalam hal keamanan siber.

Ia memeriksa perangkat hiburan di rumahnya, seperti network-attached storages (NAS), smart TV, router, dan pemutar Blu-ray. Ternyata, perangkat hiburan rumah ini sangat rentan terhadap serangan siber.

Para ahli Kaspersky Lab memeriksa dua model NAS dari vendor berbeda, smart TV, penerima satelit, dan printer yang terkoneksi. Sebagai hasil dari penelitiannya, David Jacoby berhasil menemukan 14 kerentanan dalam NAS, satu kerentanan dalam smart TV, dan beberapa fungsi remote control yang tersembunyi di router.

Ketika menyelidiki tingkat keamanan di smart TV, peneliti Kaspersky menemukan tidak ada enkripsi yang digunakan dalam komunikasi antara televisi dan server dari vendor televisi. Jadi, ini berpotensi membuka jalan bagi serangan man-in-the-middle,  yang bisa mengakibatkan pengguna mentransfer uang ke penipu saat mencoba membeli konten melalui televisi.